Biden Prioritaskan China di Tengah Ancaman Berbahaya Rusia

redaksiutama.com – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan lebih memprioritaskan kemenangan dalam persaingan dengan China di tengah upaya menangkal ancaman ‘berbahaya’ yang diberikan Rusia . AS tampaknya memandang China sebagai satu-satunya saingan global untuknya.

Seperti dilansir AFP, Kamis (13/10/2022), kebijakan memprioritaskan China atas Rusia itu tertuang dalam strategi keamanan nasional AS yang disampaikan oleh penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan, dalam pidatonya di Georgetown University pada Rabu (12/10) waktu setempat.

“Era pasca-Perang Dingin telah berakhir, dan persaingan sedang berlangsung antara kekuatan-kekuatan besar untuk membentuk apa yang akan terjadi selanjutnya,” kata Sullivan dalam pidatonya.

Strategi keamanan nasional AS itu menyebut tahun 2020-an akan menjadi ‘dekade yang menentukan bagi Amerika dan dunia’, utamanya dalam mengurangi konflik, memajukan demokrasi atas otoritarianisme dan menghadapi ancaman bersama dari perubahan iklim.

“Kami akan memprioritaskan mempertahankan keunggulan kompetitif yang bertahan lama atas RRC (Republik Rakyat China-red) sembari membatasi Rusia yang masih sangat berbahaya,” demikian bunyi strategi keamanan nasional AS.

Disebutkan juga dalam strategi itu bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin ‘memberikan ancaman langsung terhadap sistem internasional yang bebas dan terbuka, secara sembrono mencemooh hukum dasar tatanan internasional saat ini, seperti yang ditunjukkan oleh agresi perang brutal terhadap Ukraina’.

Sementara China, menurut strategi keamanan nasional AS, ‘secara kontras, merupakan satu-satunya pesaing dengan niat untuk membentuk kembali tatanan internasional dan, semakin meningkatkan, kekuatan ekonomi, diplomatik, militer dan teknologi untuk mencapai tujuan itu’.

Dirilisnya strategi keamanan nasional AS itu tertunda oleh perang Ukraina, dengan Biden menghabiskan sebagian besar waktu sepanjang tahun ini mengumpulkan dukungan sekutu melawan Rusia dan menggalang dana miliaran dolar untuk mengirimkan pasokan senjata ke Kiev.

Namun sebagian besar kebijakan-kebijakan itu disebut masih konsisten dengan panduan interim yang ditetapkan sesaat setelah Biden menjabat pada Januari 2021.

“Saya tidak meyakini bahwa perang di Ukraina telah secara fundamental mengubah pendekatan Joe Biden terhadap kebijakan luar negeri, jauh sebelum masa kepresidenannya,” ujar Sullivan.

“Tapi saya meyakini bahwa itu memberikan warna hidup pada elemen penting dalam pendekatan kami — penekanan pada sekutu, pentingnya memperkuat tangan demokrasi dunia, membela sesama demokrasi dan untuk nilai-nilai demokratis,” imbuhnya.

error: Content is protected !!