redaksiutama.com – Presiden AS Joe Biden mengumumkan rencana untuk menjual sisa dari cadangan minyak strategis, yakni Strategic Petroleum Reserve (SPR), dari jumlah yang direncanakan pada akhir tahun ini.
Penjualan sisa cadangan minyak strategis tersebut merupakan upaya meredam harga BBM menjelang pemilu paruh waktu pada 8 November.
Biden pada Rabu (19/10/2022) mengatakan, sebanyak 15 juta barel minyak akan dilepaskan dari SPR. Jumlah itu merupakan bagian dari pelepasan 180 juta barel minyak pada Mei.
“Kami menyebutnya sebagai rencana siap dan rilis,” kata Biden di sebuah acara Gedung Putih, sebagaimana dilansir Reuters.
“Ini memungkinkan kami bergerak cepat untuk mencegah lonjakan harga minyak dan menanggapi peristiwa internasional,” sambung Biden.
Pelepasan cadangan minyak strategis untuk meredam lonjakan harga BBM dan upaya peningkatan produksi AS menggarisbawahi bagaimana krisis Ukraina dan inflasi telah mengubah kebijakan seorang presiden.
Padahal Biden sebelumnya berjanji untuk mengurangi ketergantungan AS pada industri bahan bakar fosil.
Sebelumnya, Gedung Putih marah karena OPEC+, negara produsen minyak yang dipimpin Arab Saudi dan Rusia, memutuskan untuk mengurangi produksi minyaknya.
Pengurangan produksi minyak oleh OPEC+ dikhawatirkan AS dan Barat akan mengerek harga minyak dunia.
AS sempat menuding Arab Saudi memihak Rusia karena menyetujui pengurangan produksi. Biden lantas menyatakan bahwa hubungan AS-Arab Saudi akan dievaluasi.
“Dengan pengumuman saya hari ini, kami akan terus menstabilkan pasar dan menurunkan harga pada saat tindakan negara lain telah menyebabkan volatilitas seperti itu,” kata Biden, Rabu.
Biden menyebutkan, harga minyak dunia melambung akibat Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Ukraina.
Padahal harga minyak sempat turun 30 persen dari puncaknya adal tahun ini.
Biden juga meminta perusahaan energi AS, industri kilang minyak, dan pengecer BBM mengurangi keuntungannya lalu mengalihkannya untuk berinvestasi dalam produksi.
Kebijakan Biden untuk melepaskan minyak dari cadanganstrategis dikritik oleh Partai Republik.
Partai Republik menuding, Biden menyadap SPR karena alasan politik, bukan karena ada keadaan darurat.
Biden berjani akan mengisi kembali cadangan minyak negara di tahun-tahun mendatang.
Dia mengatakan, dia berniat mengisi kembali cadangan minyak ketika harga minyak mentah AS berada di sekitar 70 dollar AS per barel.
Biden berujar, harga segitu masih memungkinkan perusahaan untuk mendapat untung dan masih menjadi harga yang terjangkau untuk warga AS.
Saat ini, cadangan minyak strategis alias SPR berada di level terendah sejak 1984.
Dorong perusahaan energi berbuat lebih banyak
Presiden AS hanya memiliki sedikit kendali atas harga minyak. Di satu sisi, konsumsi BBM besar-besaran di negara itu dan harga tinggi di SPBU dapat menjadi racun politik.
Harga BBM di SPBU masih lebih rendah dibandingkan Juni yang sempat memecahkan rekor tertingginya. Namun, harga BBM saat ini masih berada di atas rata-rata dan merupakan penyumbang utama inflasi.
Kesenjangan antara harga grosir dan eceran juga meningkat.
Biden mengatakan, perusahaan minyak harus merasa lebih percaya diri untuk berinvestasi dalam produksi dengan janji pembelian kembali SPR yang baru.
“Jadi pesan saya kepada semua perusahaan adalah ini: Anda sedang mencatat keuntungan dan kami memberi Anda kepastian lebih. Jadi Anda bisa bertindak sekarang untuk meningkatkan produksi minyak,” ucap Biden.