redaksiutama.com – Australia menetapkan aturan ketat wajib bagi para pelancong China menunjukkan laporan tes negatif Covid-19 lantaran situasi China yang sedang menghadapi tsunami kasus Covid-19 .
Australia menetapkan aturan ketat bagi para pelancong China yang mulai berlaku pada Jumat, 5 Januari 2022 mendatang.
Adapun keluarnya pengumuman aturan ketat bagi para pelancong China disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Mark Butler.
Disebutkan Butler, aturan ketat akan diberlakukan sebagai upaya melindungi Australia dari risiko potensi varian baru Covid-19 yang mungkin segera muncul dalam waktu dekat di China .
Selanjutnya, Australia juga membuat pengumuman pemberlakuan aturan ketat untuk menjadi pengakuan atas situasi buruk yang berkembang di China .
“Langkah ini sebagai respons terhadap gelombang kasus Covid-19 yang signifikan di China dan potensi muncul varian barunya,” ujar Menteri Kesehatan Mark Butler.
Ditambahkan Butler, kondisi Australia sudah mencapai tahap normal terhadap pandemi Covid-19 .
Dalam hal ini, lebih dari 97 persen orang dewasa Australia telah mendapat minimal satu dosis vaksin Covid-19 .
“Untungnya, di Australia kami memiliki akses mudah ke vaksin dan perawatan,” ujar Butler membeberkan klaim.
“Kekebalan populasi yang mendasarinya tinggi,” ujarnya lagi.
Tercatat, sejumlah negara yang menegaskan aturan wajib tes negatif Covid-19 bagi para pelancong China , meliputi Inggris, Amerika Serikat (AS), Jepang, Italia, Taiwan, dan Australia .
Diketahui, situasi buruk kasus Covid-19 di China berasal dari ketiadaan informasi komprehensif tentang data pasien yang terinfeksi.
Jika mau diingat, China memunculkan virus corona pertama kali dari Kota Wuhan sekitar tiga tahun lalu.
China , kemudian secara rutin menerapkan kebijakan nol Covid-19 yang disertai aturan karantina ketat.
Lewat perintah nol Covid-19 , China dengan mudah menggiring orang-orang untuk tetap tinggal di dalam rumah.
Hanya saja, masyarakat China yang terkekang terus berkeliaran di media sosial, menyuarakan berbagai protes terhadap aturan mengekang dari pemerintah mereka.
Hingga pada Desember tahun lalu, China resmi membuang kebijakan nol Covid-19 itu.
Meski sudah melonggarkan kebijakan, China masih mendapatkan banyak suara kritik pedas.
Sebenarnya, bukan tanpa sebab kritik itu bergulir, China akhir-akhir ini telah membuat berbagai rumah sakit dibanjiri banyak pasien.
Situasi serupa juga terjadi di berbagai krematorium seluruh China , yang kelebihan beban jasad-jasad yang tewas akibat infeksi Covid-19 .
Disusul, banyak apotek yang melaporkan kehabisan stok obat infeksi Covid-19 .
Singkatnya, situasi buruk penyebaran wabah virus corona sudah identik dengan tsunami Covid-19 .***