redaksiutama.com – Sebanyak empat wilayah Ukraina yang dikuasai pasukan Moskwa memulai referendum untuk bergabung dengan Rusia pada Jumat (23/9/2022).
Pemungutan suara ini akan menentukan apakah keempat wilayah tersebut yaitu Donetsk dan Luhansk di timur, serta Kherson dan Zaporizhzhia di selatan akan masuk ke Rusia.
Ukraina dan para sekutu Barat mengecam referendum ini sebagai perampasan tanah yang melanggar hukum.
Pemungutan suara berlangsung selama lima hari dan dilakukan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin pekan ini mengumumkan mobilisasi parsial untuk sekitar 300.000 tentara cadangan.
Otoritas setempat akan mendatangi pintu ke pintu selama empat hari untuk mengumpulkan suara. TPS dibuka pada Selasa (27/9/2022) bagi warga untuk memberikan suara pada hari terakhir pemungutan.
Kantor berita AFP melaporkan, bisa juga juga memberikan suara di gedung Moskwa yang mewakili wilayah Donetsk yang memisahkan diri.
Di Donetsk dan Luhansk–yang sudah diakui Putin sebagai wilayah independen sebelum menginvasi Ukraina pada Februari–penduduk memberikan suara apakah mereka mendukung masuknya republik tersebut ke Rusia, menurut laporan TASS.
Adapun pemungutan suara di Kherson dan Zaporizhzhia mengajukan pertanyaan, “Apakah Anda mendukung pemisahan diri dari Ukraina, pembentukan negara bagian merdeka di kawasan ini, dan bergabung dengan Federasi Rusia sebagai subjek Federasi Rusia?”
TASS menambahkan, “Mengingat tenggat waktu yang singkat dan kurangnya peralatan teknis, diputuskan untuk tidak mengadakan pemungutan suara elektronik dan menggunakan kertas suara tradisional.”
Leonid, petugas militer berusia 59 tahun, mengatakan kepada AFP bahwa dia datang untuk memilih secara bahagia.
“Pada akhirnya, segala sesuatunya bergerak menuju pemulihan Uni Soviet. Referendum adalah satu langkah menuju ini,” katanya.
Pada Jumat (23/9/2022) juga, TASS menunjukkan para pejabat di halaman gedung-gedung di Donetsk memberitahu penduduk melalui pengeras suara bahwa pemungutan suara sudah dimulai. Seorang penduduk tampak dikelilingi saat dia memberikan suaranya.
Referendum tersebut mengingatkan pada pencaplokan Rusia atas Crimea di Ukraina pada 2014.