redaksiutama.com – Sekitar lima menit setelah tinggal landas dari Bandara Istanbul pada Selasa 6 Desember pukul 8 lewat 50 menit waktu Turki, pesawat Boeing 737 Max 9 milik maskapai Turkish Airlinesbernomor penerbangan TK1407, menembus hamparan awan tak terputus.
Hamparan awan tak terputus itu di Indonesia hanya bisa ditemui saat musim penghujan dan itu pun tak akan pernah berkilometer-kilometer jauhnya.
Pesawat TK1407 ini mengangkasa di atas ketinggian lebih dari 10.000 meter atau 30 ribu kaki, dengan tujuan Vilnius di Lithunia di bagian utara Eropa.
Istanbul adalah transit untuk perjalanan dari Jakarta ke Vilnius yang menjadi tujuan akhir ANTARA untuk mengikuti sebuah acara bisnis tahunan yang diselenggarakan Avia Solutions Group, sebuah konglomerasi multinasional milik swasta di Lithuania.
Boeing 737 Turkish Airlines ini terbang menyusuri bagian timur Eropa Timur mulai dari pesisir barat daya Laut Hitam, memasuki wilayah udara Bulgaria dan Rumania, lalu Hungaria, Slowakia dan Polandia, sampai tujuan akhir Vilnius yang juga ibu kota salah satu dari tiga negara Baltik pecahan Uni Soviet itu.
Waktu tempuh dari Istanbul ke Vilnius adalah 3 jam 15 menit. Waktu selama itu sama dengan waktu tempuh penerbangan dari Jakarta ke Manado di Sulawesi Utara.
Terbayang kan, betapa padatnya jumlah negara di Eropa sampai untuk menempuh perjalanan sejauh 3 jam saja perlu melewati lima negara. Sebaliknya, tergambar jelas betapa luas wilayah Indonesia.
Sebenarnya, jika tidak ada perang di Ukraina, penerbangan dari Istanbul ke Vilnius bisa berlangsung lebih singkat dan lebih pendek, tinggal terbang di atas Laut Hitam, lalu masuk wilayah udara Ukraina, kemudian mengangkasa di atas Belarus, dan akhirnya sampailah di Vilnius.
Perang di Ukraina agaknya telah membuatTurkish Airline mengubah rute penerbangannya ke utara, ke tiga negara Baltik dan juga Finlandia. Sebenarnya lebih singkat jika melalui Ukraina dan Belarus, tapi tak lama setelah Rusia menginvasi Ukraina, pemerintah Ukraina menyatakan menutup wilayah udaranya dari penerbangan internasional.
Tak cukup itu, Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) kemudian mengeluarkan ketentuan bahwa wilayah udara Rusia dan Belarus dalam jarak 100 mil laut dari perbatasan kedua negara dengan Ukraina, tak aman untuk dilintasi penerbangan komersial.
“Khususnya karena ada risiko pesawat sipil menjadi target (serangan militer) baik yang disengaja maupun salah pengidentifikasian (apakah yang tengah terbang pesawat sipil atau militer lawan),” kata EASA dalam laman euronews.com beberapa bulan lalu.
Imbas perang Ukraina
Tak heran konflik yang sudah memasuki bulan kesepuluh itu telah membuat sejumlah penerbangan internasional dari arah timur dan selatan Eropa, dari Asia, Afrika dan Australia atau Pasifik Selatan, harus mengubah rute penerbangan ke sejumlah negara Eropa, termasuk di bagian timur dan utaranya.
Padahal setiap pengubahan rute penerbangan membuat shift kerja awak kabin menjadi lebih panjang, pesawat menjadi harus mengurangi kapasitas angkut kargonya dan yang paling berat adalah konsumsi bahan bakar yang lebih banyak.
Jika yang terakhir ini yang harus diambil, maka penumpang pesawat juga yang terkena getahnya, yakni harga tiket yang lebih mahal dari sebelumnya.
Pokoknya, akan ke mana-mana akibat dan pembahasannya kalau sesuatu hal berkaitan dengan perang di Ukraina. Namun apa pun itu, perjalanan udara dari wilayah tenggara Eropa ke wilayah timur benua itu, menawarkan suasana lain yang bisa mengasyikan, tergantung dari mana Anda melihatnya.
Bagi ANTARA yang kebetulan menduduki kursi tepat di sisi jendela pesawat saat terbang ke Vilnius, keasyikan itu memang terasa, terutama jika membandingkannya dengan suasana-suasana terbang bukan pada musim dingin. Dan ini memang menjadi penerbangan musim dingin pertama bagi ANTARA.
Terbang di ketinggian 37 ribu sampai 40 ribu kaki yang merupakan batas kemampuan dan batas terbang yang dibolehkan untuk pesawat Boeing 737 dan sekelasnya, seperti yang ditumpangi ANTARA adalah juga berarti menyaksikan nuansa langit yang lain, seperti kue lapis.
Begitu pesawat sampai ke ketinggian di atas 10 km, langit yang tadinya kelam tertutup awan, berwarna biru cerah di atas lautan awan tak terputus yang semakin tebal begitu si burung besi terus mengepak sayap semakin ke utara.
Mungkin ini rasanya terbang di atas awan, yang dalam lirik-lirik lagu lebih merupakan ungkapan puitis atau metafor. Tetapi yang ini memang harafiah, terbang di atas awan.
Bulan ini belahan bumi utara, termasuk Eropa dan Lithuania, sedang memasuki musim dingin.
Tinggal landas dari bandara yang belum disentuh salju di Istanbul karena musim dingin mungkin belum sampai ke Turki sampai Selasa 6 Desember itu, pesawat Turkish Airlines tersebut mendarat di Bandara Internasional Vilnius dengan landasan dan suasana bandara yang putih tertutup salju.
Pesonanya memang lain, apalagi bagi first timer dan orang dari wilayah Tropis yang pertama kali merasakan musim dingin seperti ANTARA.
Kota masa depan
Di balik cuaca dingin menusuk tulang, bahkan begitu keluar pesawat saat memasuki garbarata yang menjadi jalan penghubung dari pesawat ke dalam bandara, hamparan salju yang menjatuhi semua hal termasuk pesawat terbang, menjadi pemandangan yang mengesankan dan membangkitkan takjub.
Salju membuat Bandara Internasional Vilnius yang tergolong mungil untuk sebuah bandara internasional itu menjadi bagaikan berada di dalam freezer kulkas.
Menurut laman Travel Guide, Bandara Vilnius adalah salah satu bandara kecil di Eropa, tetapi bandara ini juga menjadi salah satu yang berkembang cepat di benua ini.
Begitu mencoba keluar dari bandara ini, udara jauh lebih dingin lagi siap menyambut siapa pun.
Bandara ini tak jauh dari pusat kota Vilnius, hanya sekitar 6 km dari pusat kota yang biasa disebut Kota Tua Vilnius.
Sudah banyak yang menyebut kota ini kota yang indah, gabungan masa silam dan masa kini serta masa depan.
Tetapi belum lama ini Vilnius mengukuhkan atribut status modernnya dengan masuk daftar 25 Kota Global Masa Depan, sebagai salah satu dari kota-kota dunia yang bervisi jauh ke depan.
Keindahan kota Vilnius memang tak bisa dilihat seutuhnya selama musim dingin. Namun tetap saja meskipun diselimuti salju, kota yang menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO ini dan menjadi Ibu Kota Budaya Eropa bersama Linz di Austria itu tetap terlihat indah untuk dilihat.
Suasana malamnya saat musim dingin ketika semua lampu, dari lampu rumah dan gedung, sampai lampu kendaraan dan jalan dinyalakan, terlalu sayang untuk dilewatkan.
Udara minus tiga derajat Celcius memang menyiksa untuk orang tropis seperti ANTARA, tetapi tentu saja tidak akan terlalu menyiksa jika berpakaian sepertinya orang saat musim dingin.
Tetapi sejauh ini bagi orang yang terbiasa merasakan dua musim, Vilnius, Lithuania, dan musim dingin, tetap asyik dan menantang untuk dijelajahi.