redaksiutama.com – Demi anak. Salah satu hal yang sering dijadikan alasan banyak wanita untuk tetap bertahan dalam pernikahan yang tidak sehat, penuh konflik, atau bahkan diwarnai tindak KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga). Harapannya, anak akan tumbuh dan berkembang dengan lebih baik dengan orang tua yang lengkap. Yaitu ada ibu dan juga ayah.
Namun ada hal yang sering luput atau tidak diperhitungkan matang. Mereka yang mengambil keputusan tetap bersama demi anak, rata-rata menganggap anak tidak akan mengetahui situasi yang sesungguhnya terjadi pada orang tuanya. Yakin sekali bahwa mereka bisa main rapi dan menyembunyikannya dari anak. Terlebih jika anak masih berusia sangat kecil atau balita. Mereka tidak akan tahu. Yakin para orang tua.
Nyatanya, masih sangat kecil sekalipun, seorang anak akan tahu kalau ada yang tidak beres dengan orang tuanya. Dengan kemampuan alaminya, mereka mampu merasakan dan merefleksikan dampaknya sesuai kemampuan usia mereka. Dilansir dari Bethesda House, anak-anak menjadi saksi terjadinya KDRT dengan cara antara lain hadir dan melihatnya sendiri, mendengar suara menakutkan dari ruangan lain, mendapati bekas luka, lebam, dan lain sebagainya yang tidak dijelaskan terbuka, tidak terkecuali melihat bagaimana ibu atau ayahnya saling merespons satu sama lain.
Bayangkan apa yang kira-kira akan dipikirkan anak jika setiap harinya mendengar dan melihat hal-hal berikut ini:
1. Ayah menyakiti ibu.
2. Ayah memanggil ibu dengan panggilan yang hina.
3. Ayah sengaja merusak barang pribadi ibu.
4. Ayah membuat ibu menangis.
5. Ayah menyakiti dan sering mengancam.
6. Ayah menyakiti hewan peliharaan.
7. Ayah pernah sangat marah sampai melempar benda-benda.
8. Ayah yang memukul tembok dan merusak furnitur.
9. Ayah mengayunkan pisau, senjata, atau alat berbahaya lain yang sekiranya bisa membuat ibu takut.
10. Ayah menyebut ibu sebagai ibu yang gagal.
11. Ayah menyebut anak-anaknya sebagai anak yang gagal.
12. Ayah membawa kendaraan ugal-ugalan saat bersama ibu dan anak hingga semua merasa ketakutan.
13. Ayah mempermalukan ibu di depan orang-orang atau teman dan keluarga.
14. Ayah mengatakan kalau mencintai ibu, namun kemudian menyakiti lagi.
15. Ayah selalu bilang kalau dia tidak bisa mengontrol dirinya.
16. Ayah sering berjanji tidak akan melakukan (kekerasan) lagi, tapi kemudian mengingkarinya, lagi dan lagi.
17. Ibu yang terlihat takut dengan ayah.
18. Ibu yang sering menyelinap atau mengendap-endap saat di rumah hanya agar ayah tidak marah.
19. Ibu yang berusaha menutupi situasi kalau ayah sedang marah.
20. Ibu yang terluka saat berusaha melindungi anak.
21. Ibu sering menangis.
22. Ibu yang tidak pernah bergaul lagi dan tidak pernah bertemu teman-temannya.
23. Ibu yang membersihkan dan merapikan kekacauan yang dibuat ayah.
24. Ibu yang tidak memegang uang untuk jajan atau menyenangkan dirinya.
25. Ibu yang kadang menangis atau berteriak saat malam.
26. Ibu yang menyalahkan dirinya sendiri dan merasa pantas dipukul.
27. Ibu yang kadang menyalahkan anak saat ayah marah pada ibu.
28. Ibu membiarkan ayah melakukan sesuatu yang jelas-jelas salah.
29. Ibu melarang anak bermain dan berteman di luar karena takut ayah marah.
30. Ibu membuatkan alasan atas perilaku buruk ayah.
31. Ibu langsung memaafkan ayah saat ayah menangis meminta maaf.
32. Ibu berjanji akan meninggalkan ayah kalau ayah memukul lagi, tapi tidak kunjung melakukannya.
Dengan pengalaman sebanyak itu yang sangat mungkin dialami langsung oleh anak, yakin bisa menyembunyikan situasi rumah tangga yang tidak sehat di hadapan anak? Yakin mengganggap anak akan baik-baik saja bila tetap bersama?