redaksiutama.com – Pakar pengobatan COVID-19 China meyakinkan publik bahwa kemungkinan subvarian Omicron XBB impor menyebabkan puncak penularan baru di China dalam waktu dekat terbilang kecil, lapor Xinhua pada Jumat.
Terjadi peningkatan kekhawatiran publik di China terkait subgalur baru XBB yang berasal dari luar China dan kemungkinan infeksi ulang di kalangan orang yang baru sembuh dari wabah COVID-19 baru-baru ini.
Risiko infeksi ulang XBB yang lebih kebal terhadap antibodi akan meningkat setelah periode pascainfeksi BA.5 yang lebih umum di China, kata Zhang Boli, seorang akademisi dari Akademi Teknik China yang juga merupakan pakar Pengobatan Tradisional China (Traditional Chinese Medicine/TCM).
Namun, Zhang, mengutip pengamatan klinis, mengatakan kemungkinan terjadinya infeksi ulang seperti itu dalam kurun waktu tiga hingga enam bulan pascainfeksi awal akibat varian lain dari keluarga virus corona baru terbilang rendah.
Pertama kali terdeteksi pada Agustus 2022, keluarga subvarian XBB menyebar dengan cepat di sejumlah negara seperti India, Singapura, dan Amerika Serikat (AS). Di AS, XBB.1.5 dengan cepat menggantikan posisi mutasi Omicron lainnya sebagai varian dominan.
Wang Xinyu, wakil direktur departemen penyakit menular di Rumah Sakit Huashan Universitas Fudan yang berbasis di Shanghai, mengatakan lonjakan kasus COVID-19 baru-baru ini mengurangi jumlah individu yang rentan di China, sehingga kecil kemungkinannya bagi XBB untuk menyebabkan puncak penularan baru dalam waktu dekat.
“Orang yang baru sembuh memiliki tingkat antibodi yang cukup tinggi. Mereka lebih kecil kemungkinannya terinfeksi varian XBB dibandingkan dengan mereka yang belum pernah divaksinasi atau terinfeksi,” ujarnya kepada Xinhua dalam sebuah wawancara.
Sang dokter juga mengungkapkan bahwa kemungkinan untuk mengalami kondisi serius saat terinfeksi ulang jauh lebih rendah bagi mereka yang sebelumnya pernah terinfeksi oleh subvarian serupa.
Pendapat Zhang dan Wang senada dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center for Disease Control and Prevention/CDC) China, yang memperkirakan bahwa kemungkinan terjadinya epidemi skala besar yang disebabkan oleh XBB tergolong rendah.
CDC China mengatakan bahwa subgalur BA.5.2 dan BF.7 masih menjadi dua galur yang mendominasi di negara itu. China mendeteksi kasus impor BF.7, BQ.1, dan XBB dalam tiga bulan terakhir, tetapi BQ.1 dan XBB belum berkembang menjadi subvarian dominan di negara itu.
CDC China menyatakan bahwa antibodi penawar dari individu yang terinfeksi BA.5.2 dan BF.7 akan tetap berada pada tingkat yang relatif tinggi selama sekitar tiga bulan. Para pasien tersebut seharusnya memiliki perlindungan silang yang efektif terhadap varian Omicron lainnya, termasuk XBB.