redaksiutama.com – Retinopati terjadi akibat rusaknya pembuluh darah pada jaringan retina . Retina merupakan bagian mata yang dan yang berfungsi membentuk penglihatan.
Sehingga, ketika retina rusak, penglihatan seseorang akan terganggu.
Retinopati dibedakan menjadi empat jenis berdasarkan penyebabnya.
Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik adalah gangguan retina yang berasal dari penyakit diabetes melitus.
Penderita diabetes yang tidak mengontrol asupan gula dan menjalani pengobatan rutin sangat berisiko mengidap jenis retinopati ini.
Menurut data yang dimuat pada laman Kementerian Kesehatan, prevalensi retinopati diabetik di Indonesia per 2018 sebesar 42,6 persen.
Angka ini terbilang tinggi sehingga membutuhkan perhatian lebih, terutama pasien penderita diabetes.
Retinopati Prematuritas
Retinopati prematuritas merupakan kondisi retina rusak karena kelainan pertumbuhan pembuluh darah pada bayi yang lahir prematur.
Pemicunya adalah organ tubuh yang belum berkembang sempurna ketika bayi lahir.
Penyakit ini dapat dideteksi sejak dini saat bayi lahir prematur atau pada masa kehamilan kurang dari 30 minggu.
Bila penyakit ini terlambat diketahui, ada risiko bayi mengalami kebutaan permanen.
Retinopati Hipertensi
Retinopati hipertensi merupakan penyakit pada retina yang disebabkan oleh hipertensi atau tekanan darah tingi.
Saat terjangkit hipertensi secara terus-menerus, risiko mengalami retinopati akan meningkat.
Pembuluh darah di sekitar retina akan menebal dan menyebabkan aliran darah ke retina tidak lancar.
Seiring dengan berjalannya waktu, retina dapat terlepas dari posisinya hingga memicu kebutaan permanen.
Retinopati Serosa Sentral
Retinopati serosa sentral merupakan sebuah kondisi ketika penglihatan menjadi buram lantaran adanya cairan yang merembes dari bagian belakang retina .
Penyebab jenis retinopati ini belum diketahui dengan pasti. Namiun, retinopati jenis ini diduga dipicu oleh bawaan gen.
Saat gangguan ini terasa parah, penglihatan dapat menghilang akibat lepasnya bagian sentral retina atau makula.
Gejala Retinopati
Gejala retinopati bermacam-macam, bergantung pada jenisnya. Beberapa ada yang sama, tetapi ada yang gejalanya baru terasa ketika penyakit sudah mencapai stadium atas.
Retinopati Diabetik
Gejala retinopati diabetik jika tidak diperiksa biasanya akan baru terasa jelas saat sudah memasuki stadium akhir.
Berikut adalah gejala-gejala umum yang dirasakan oleh penderita retinopati diabetik.
Retinopati prematuritas
Gejala retinopati prematuritas biasanya tidak disadari karena tidak ada gejala fisik yang terlihat. Namun, dokter mata atau oftalmologis berpengalaman dapat mendeteksi penyakit ini.
Dokter mata akan menggunakan alat deteksi berupa kamera khusus yang berfungsi untuk mengamati retina bayi yang lahir secara prematur. Bagi bayi, disarankan menjalani pemeriksaan ini apabila lahir sebelum usia kehamilan 30 minggu atau bobotnya kurang dari 1.500 gram.
Retinopati Hipertensi
Biasanya, retinopati hipertensi menyerang tanpa memperlihatkan gejala. Namun, beberapa pasien sering mengeluhkan pandangan yang buram. Gejala lainnya berupa rasa nyeri pada mata dan sakit kepala.
Retinopati Serosa Sentral
Retinopati jenis ini tidak selalu menunjukkan gejala. Gejala paling umum yang sering terjadi adalah kaburnya penglihatan secara tiba-tiba. Kerap kali hanya satu mata yang mengalaminya. Gejala-gejala lainnya meliputi:
Penanganan Retinopati
Retinopati tidak selalu dapat ditangani langsung pada mata . Tindakan yang diberikan dokter mata kepada pasien akan lebih dulu didasari pada pemeriksaan yang mendalam.
Sebab, beberapa jenis retinopati bisa sembuh hanya dengan mengatasi penyakit yang menjadi penyebabnya.
Retinopati Diabetik
Penanganan retinopati diabetik umumnya difokuskan pada penyembuhan diabetes yang diderita pada tahap awal. Salah satunya adalah mengontrol gula darah dan tekanan darah dengan diet.
Selanjutnya, beberapa opsi penanganan yang bisa diambil antara lain:
Retinopati Prematuritas
Penanganan utama pada bayi yang positif mengalami retinopati prematuritas adalah dengan melakukan pemeriksaan intensif dan rutin secara bertahap.
Pertama, bayi dicek saat usianya 8 minggu. Bila retinopati terdeteksi aktif, pemeriksaan sebaiknya dilakukan setiap 1-2 pekan hingga usianya 14 minggu.
Setelah itu, pengecekan dilakukan secara berkala setiap 1-2 bulan.
Penanganan dengan laser mungkin akan diperlukan jika retinopati prematuritas yang dialami semakin aktif.
Retinopati Hipertensi
Upaya mengurangi tekanan darah dan menjaganya pada level aman (120/80 mmHg) dapat menjadi penanganan utama. Upaya itu dapat memperbaiki kondisi retina .
Bila tekanan darah jauh di atas normal hingga lebih dari 140/90 mmHg, disarankan agar penderitanya memperoleh perawatan intensif di rumah sakit. Terlebih lagi jika disertai dengan adanya pembengkakan saraf optik.
Retinopati Serosa Sentral
Retinopati jenis ini dapat sembuh secara alami. Namun, bila diperlukan, dokter dapat menyarankan terapi kortikosteroid sekaligus untuk mencegah potensi retinopati serosa sentral datang lagi.
Oftalmologis akan mengamati secara intensif dalam 3 – 6 bulan. Penanganan dengan laser mungkin akan dibutuhkan jika kondisi tidak lekas membaik.
Logisnya, semua jenis retinopati bisa ditangani oleh dokter khusus retina mata yang berpengalaman. Namun, kunci utamanya tetap ada di pasien.
Beberapa jenis retinopati memang tidak menunjukkan adanya gejala, tapi, jika terjadi gangguan pada mata secara konstan, lebih baik segera menghubungi dokter mata .
Konsultasi dengan dokter mata diperlukan untuk mengetahui lebih pasti mengenai gangguan yang diderita. Penanganan sejak dini dapat mencegah gangguannya bertambah parah dan memicu komplikasi fatal berupa kebutaan . (Ryan Syahputra)***