redaksiutama.com – Deputi Direktur Literasi dan Informasi di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Yulianta mengatakan peningkatan literasi dan inklusi keuangan, termasuk perencanaan dan penggunaan, perlu juga dikenalkan kepada kalangan mahasiswa.
“Mahasiswa perlu melakukan perencanaan keuangan seperti mengelola arus kas harian, mendahulukan kebutuhan dibandingkan keinginan, merencanakan dana darurat dan lain sebagainya. Selain itu, mahasiswa juga perlu memahami penggunaan financial technology agar dapat terhindar dari pinjaman atau investasi ilegal dan penipuan,” kata Yulianta, dikutip dari keterangan pers bersama Flip, Rabu.
Lebih lanjut, ia mengatakan OJK terus berupaya meningkatkan literasi keuangan di Indonesia. Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68 persen dan inklusi keuangan sebesar 85,10 persen.
Nilai ini meningkat dibanding hasil SNLIK 2019, yaitu indeks literasi keuangan 38,03 persen dan inklusi keuangan 76,19 persen.
Meski demikian, angka tersebut masih jauh dari target yang dicanangkan pemerintah, yaitu inklusi keuangan sebesar 90 persen di akhir tahun 2024.
Kepala Departemen Edukasi dan Literasi Keuangan AFTECH Rafi Putra Arriyan menilai, perlu adanya upaya kolaboratif antara regulator, industri, dan asosiasi untuk mencapai target tersebut dengan berbagai inisiatif.
“Upaya peningkatan literasi dan inklusi keuangan perlu menjadi komitmen bersama antara regulator, industri, asosiasi, dan institusi terkait sehingga pemahaman dan praktik tentang pengelolaan serta solusi keuangan di tengah masyarakat semakin optimal,” ujar Rafi yang juga merupakan Co-Founder dan CEO Flip itu.
Sebelumnya, perusahaan penyedia jasa pembayaran Flip berkolaborasi dengan OJK, Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan DKI Jakarta, AFTECH, dan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mengadakan program sosialisasi dan edukasi perencanaan keuangan.
Acara bertajuk “Financial Hacks: Mengatur Keuangan Mahasiswa Penerima Beasiswa” ini diikuti oleh lebih dari 2.000 mahasiswa penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) di IPB secara luring dan daring.