Jangan Konsumi Berlebihan! Berikut Dampak Buruk MSG untuk Kesehatan

redaksiutama.com – MSG atau monosodium glutamat dikenal sebagai penyedap rasa dan juga bumbu masak yang populer.

MSG juga merupakan bentuk paling murni dari rasa kelima atau dikenal dengan sebutan umami.

MSG merupakan substansi alami yang muncul di banyak makanan seperti tomat yang sudah matang, keju yang sudah berumur, dalam ikan, jamur, juga rumput laut.

Saat ini, MSG dibuat dari fermentasi pati, tebu, sugar beets, atau gula tetes. Fungsinya tetap sama, menguatkan rasa. Pamor MSG lebih tinggi di negara- negara Asia Timur.

Racikan mulanya ditemukan oleh ahli kimia dari Jepang, Prof Kikunae Ikeda.

“Dia mengekstraksinya dari kuah kaldu dashi tahun 1908,” ujar Grant Senjaya Head of Public Relations Department PT Ajinomoto Indonesia saat berkunjung ke Redaksi Pikiran Rakyat Bandung, Kamis, 10 November 2022.

Dia melanjutkan, MSG atau dikenal dengan nama micin atau pecin di masyarakat mengandung 78 persen glutamat dan 12 persen natrium, sisanya adalah air.

Sebagai penyedap rasa, MSG ternyata memiliki fungsi lain. Di antaranya membantu pencernaan dalam tubuh, memberi asupan nutrisi, meningkatkan saliva, serta mereduksi garam.

“Kami dari PT Ajinomoto tengah mengampanyekan bijak garam, termasuk di Indonesia. Pola hidup sehat dengan asupan makanan bergizi seimbang dan pengurangan GGL (gula, garam, lemak) sesuai anjuran Kemenkes sangat penting untuk diterapkan masyarakat,” katanya.

Dampak buruk

Akan tetapi, sejumlah penelitian baik lokal maupun internasional menyebutkan bahwa MSG juga punya dampak negatif.

Salah satunya seperti dikutip dari laman resmi Pascasarjana Universitas Jember disebutkan bahwa MSG juga menyebabkan otot kaku, nyeri sendi, kerusakan sistem syaraf seperti depresi, migrain, insomnia, juga disorientasi, penyakit parkinson, alzeimer, dan autisme.

Konsumsi MSG secara berlebihan juga dapat memicu masalah sistem pernafasan seperti bersin-bersin dan asma.

Dalam jangka panjang, mengonsumsi MSG juga berdampak terhadap organ jantung seperti detak jantung tidak teratur (aritmia), kekacauan irama jantung atau terlalu cepat (fibrilasi atrium), detak jantung lebih dari 100 kali per menit (tachycardia), ataupun jantung berdetak sangat lambat (bradycardia).

Gejala ini biasanya disertai perasaan cemas dan waswas. Bahkan, jantung kekurangan suplai da rah sehingga menimbulkan nyeri dada yang sangat hebat (angina).

Praktisis kesehatan Katherine Zeratsky dalam tulisannya di laman Mayo Clinic menuturkan, FDA juga pernah menerima laporan yang dikenal dengan nama MSG Symptom Complex.Beberapa gejalanya antara lain sakit kepala, berkeringat, nyeri dada, mual, kenaikan detak jantung, dan lainnya.

Hanya, kata Zeratsky, banyak peneliti tidak menemukan bukti jelas hubungan tegas antara MSG dan gejala tersebut.

Peneliti juga mengakui, gejala yang dirasakan setelah mengonsumsi MSG itu sering kali ringan sehingga tidak perlu diobati.

Salah satu cara untuk menghindari reaksinya adalah dengan tidak mengonsumsi makanan ber- MSG .

Sejauh ini seperti dilansir laman Prevention, belum ada riset yang 100 persen memastikan MSG benar-benar buruk untuk kesehatan.

WHO dan FDA mengklasifikasikan MSG secara umum dalam kategori aman.***

error: Content is protected !!
Exit mobile version