Intip Serunya Tradisi Ngayu-Ayu, Cara Masyarakat Sembalun Merawat Kelestarian Alam

LOMBOK TIMUR, celebrities.id – Masyarakat Adat Kawedanan Sembalun kembali menggelar upacara adat Ngayu-Ayu di Bale Adat Desa Sembalun Bumbung Kecamatan Sembalun Lombok Timur. Acara yang dihelat pada Kamis (13/07/2022) itu merupakan ritual tiga tahunan yang sayang untuk dilewatkan.

Ritual Ngayu-Ayu dilakukan sebagai bentuk peringatan seluruh rangkaian sejarah, sebagai penghormatan atas leluhur sekaligus komitmen memelihara kelestarian alam dan tolak bala. Tradisi tersebut, konon sudah dilaksanakan secara turun temurun sejak 600 tahun silam.

Istilah Ngayu-Ayu sendiri merupakan akronim yang terdiri dari susunan berikut. NG= Ngamplang (artinya mengumpulkan), A= Aik (artinya air), Y= Yalah, U= Upacara, A = Adat, Y= Yang dan U= Utama. Jadi, secara sederhana Ngayu-Ayu dapat diartikan sebagai suatu upacara mengumpulkan air dari 13 mata air dengan tujuan menjaga marwah leluhur dan memelihara keutuhan Gumi Sembalun.

Sementara, dalam kaca mata Islam Ngayu-Ayu diambil dari dua Nama Allah dari Asmaul Husna yang diartikan sebagai sifat-sifat Allah SWT. Di mana Hayyu artinya Hidup dan Qoyyum berarti kuat dan berdiri sendiri, sehingga Ngayu-Ayu dapat diartikan sebagai suatu upacara untuk menghidupkan dan menguatkan nilai-nilai spiritual adat Gumi Sembalun.

Prosesi ritual Ngayu-Ayu sangat sakral dan disaksikan raja-raja Nusantara dan raja dari sejumlah negara.

Ritual diawali pengambilan air dari 13 mata air oleh pemangku adat. Kemudian, air tersebut dikumpulkan di Berugak Desa Sembalun Bumbung. Lalu, dilanjutkan dengan pembacaan Lontar JatiSwara oleh para Pujangga Sasak. Setelahnya, dilakukan sesampang yaitu pemberitahuan kepada leluhur dan penguasa alam.

Acara kemudian dilanjutkan dengan penyembelihan kerbau oleh Kyai Adat sesuai trah atau keturunan dan penanaman kepala kerbau sebagai pantek atau pasek Gumi Paer Sembalun pada khususnya dan Lombok Timur pada umumnya.

Intip Serunya Tradisi Ngayu-Ayu, Cara Masyarakat Sembalun Merawat Kelestarian Alam

Prosesi ritual yang berlangsung selama dua hari penuh ini dilanjutkan dengan pemberangkatan air dari Berugak Desa Sembalun menuju Lapangan Upacara Adat. Kegiatan tersebut diikuti oleh Pemuka Adat dan Pemuka Masyarakat yang diiringi Tari Tandang Mendet dan kesenian Sasak lainnya.

Baru, kemudian menuju acara puncak, yaitu Mapakin yang diawali dengan acara silaturrahmi antara sesepuh adat dengan para tamu undangan diikuti seluruh masyarakat adat Sembalun. Acara Mapakin dilanjutkan dengan tiga prosesi lemparan ketupat yang melambangkan kesempurnaan sholat lima waktu, kesempurnaan bulan purnama dan 25 Nabi dan Rasul.

Upacara Ngayu Ayu diakhiri dengan  Perang Pejer atau Perang Penolak Bala dan penumpahan air dari semua mata air di Kali Pusuk sebagai simbol penyatuan bumi, air, hutan, dan alam lingkungan.

Bupati Lombok Timur HM. Sukiman Azmy mengatakan masyarakat Sembalun secara konsisten merawat tradisi leluhurnya. Hal ini, kata Sukiman bukti bahwa masyarakat masih merawat adat istiadatnya.

“Tradisi ini  menguatkan hubungan manusia dengan alam dan penciptanya,” ucapnya di depan tokoh adat dan raja raja Nusantara yang hadir dalam ritual ini.

Menurut Sukiman, di era modern saat ini, masyarakat Sembalun punya komitmen tinggi menjaga adat istiadat leluhur ini. Khasanah kekayaan adatnya tidak lekang dengan kemajuan zaman.

Di aspek lain, lanjutnya, tradisi mulia ini bisa berdampak positif terhadap sektor   pariwisata. Keragaman tradisi dan budaya ini bisa menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Sembalun, disamping pesona alamnya yang dikenal indah.

“Dengan demikian kita berharap tradisu ini bisa menjadi benteng penjaga keseimbangan di kawasan geopark,” tuturnya.

Editor : Lisvi Padlilah


Artikel ini bersumber dari www.celebrities.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!