GenPI.co – Rencana Pemerintah naikin harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dinilai tepat, lantaran banyak orang-orang yang mampu ikut menikmati subsidi hingga membuat beban APBN membengkak.
Hal itu disampaikan Akademisi Universitas Paramadina Eisha M. Rachbini, saat dihubungi, Sabtu (27/8/2022).
Menurutnya, BBM bersubsidi jenis pertalite dan solar saat ini membuat beban APBN makin membengkak, di mana anggaran subsidi energi ini bisa naik 229 persen menjadi Rp 502 triliun.
BACA JUGA: Efektifkah Kenaikan Harga BBM Pertalite? Begini Kondisinya
Oleh karena itu, kenaikan harga BBM bersubsidi sangat tepat karena banyak orang yang mampu turut menikmati subsidi buat orang kurang mampu ini.
“Subsidi selayaknya harus diterima oleh masyarakat miskin, namun subsidi BBM ini faktanya juga diterima masyarakat mampu. Hanya 20 persen dari BBM bersubsidi yang dikonsumsi oleh masyarakat kurang mampu (40 persen pendapatan bawah). Jika BBM bersubsidi tetap harganya, sementara harga minyak dunia masih tetap tinggi, maka APBN pengeluaran bisa jebol,” ujar Eisha Rachbini.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Harga BBM Naik: BBM 303
Disisi lain, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) ini berharap agar pemerintah hati-hati dalam menyusun kebijakan.
Sebab, kenaikan BBM bersubsidi tersebut akan membuat harga-harga ikut naik, dan dipastikan daya beli masyarakat akan menurun sekaligus pertumbuhan ekonomi pasti melambat.
BACA JUGA: Harga BBM Dikabarkan Naik, DPR Beri Kabar Bahagia
“Kenaikan BBM bersubsidi ini juga bisa menyebabkan kenaikan harga-harga lainnya seperti bahan pokok dan meningkatkan inflasi. Daya beli masyarakat bisa turun dan ini perlu hati-hati, inflasi juga bisa berdampak pertumbuhan melambat,” jelasnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
Artikel ini bersumber dari www.genpi.co.