Bio Farma upayakan industri pelayanan kesehatan naik kelas

redaksiutama.com – Bio Farma melalui kerja sama dengan PT Kimia Farma Tbk, PT Kimia Farma Apotek, dan Indonesia Investment Authority, ingin mengupayakan agar industri pelayanan kesehatan “naik kelas”.

BUMN Farmasi PT Bio Farma (Persero) (“Bio Farma”), PT Kimia Farma Tbk (“KAEF”) dan PT Kimia Farma Apotek (“KFA”) telah menandatangani kerja sama strategis dengan Indonesia Investment Authority (“INA”) dan didukung oleh Silk Road Fund (“SRF”) pada 13 November 2022 di Hotel Indigo Seminyak, Bali.

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menyampaikan bahwa kerja sama investasi ini menjadi landasan bagi grup Biofarma dalam meningkatkan kontribusi lebih besar lagi terhadap kemajuan industri healthcare Indonesia.

“Kami percaya bahwa dengan peningkatan kelas industri healthcare maka berdampak positif pula terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Indonesia,” kata Honesti dalam siaran resmi, Rabu.

Ia melanjutkan Biofarma akan mendorong industri healthcare nasional naik kelas menuju kualitas dan standar internasional.

“Untuk itu penandatangan kerjasama strategis ini menjadi langkah penting dalam rangka memperkuat permodalan Perseroan dan mendukung ekspansi anak perusahaan ke tingkat selanjutnya.”

Direktur Utama Kimia Farma David Utama mengatakan masuknya investor akan membuka peluang pasar, meningkatkan performa operasional serta kualitas layanan pada ritel dan layanan kesehatan.

“Selain itu, kolaborasi tersebut juga dapat meningkatkan struktur permodalan Perseroan sehingga mampu melakukan pengembangan usaha,” ujar David.

Wakil Menteri BUMN I, Pahala Mansury mengatakan, kerjasama ini bentuk upaya konkret dari Kementerian BUMN dalam hal ini holding farmasi untuk bisa mengembangkan sektor kesehatan.

“Indonesia setelah melewati pandemi, tantangannya adalah bagaimana sektor kesehatan ini bisa diakses dan dijangkau, masyarakat. Tentunya, juga kerjasama ini mendorong kita lebih mandiri,” kata Pahala.

Dia tidak memungkiri bahwa Indonesia dalam bidang healthcare masih didominasi produk impor. Dengan kerjasama ini, Pahala berharap Kimia Farma dan Kimia Farma Apotek tidak hanya dapat melakukan distribusi produk namun juga dapat mengembangkan dan riset produk secara mandiri.

“Yang terpenting adalah meningkatkan kualitas pelayanan healthcare untuk masyarakat di Indonesia yang lebih baik,” ujarnya.

Pahala menuturkan, selain mengenai energi transisi dan digitalisasi untuk pertumbuhan, di G20 dibahas pula mengenai bagaimana membangun sistem pelayanan kesehatan yang lebih baik ke depannya.

Sementara itu Chairwoman of the Board of Directors SRF, Zhu Jun, menuturkan dengan dukungan Pemerintah Indonesia yang kuat dan upaya bersama INA, SRF berharap dapat bekerja sama dengan manajemen Kimia Farma dan KFA dalam fase pengembangan perusahaan selanjutnya.

Adapun Chief Executive Officer Indonesia Investment Authority (INA), Ridha Wirakusumah, menggarisbawahi, Kimia Farma Group merupakan perusahaan yang secara mumpuni memiliki kapasitas dari hulu ke hilir di seluruh rantai nilai sektor farmasi, dengan lebih dari 1.100 outlet, 400 klinik, dan 70 laboratorium diagnostik.

“Kami percaya kerjasama dengan SRF yang dituangkan dalam perjanjian ini akan mendukung ekspansi perusahaan guna meningkatkan akses layanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia yang kurang terlayani,” tandasnya.

Investasi dari INA akan digunakan untuk pengembangan bisnis Kimia Farma dan Kimia Farma Apotek. Hingga triwulan kedua tahun 2022, ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,44 persen year on year (yoy) kendati menghadapi tekanan inflasi global dan ancaman resesi. Kondisi positif tersebut turut mendorong pertumbuhan industri healthcare sebesar 6,45 persen hingga Juni 2022.

NA berperan untuk menarik investor, baik domestik maupun internasional, untuk mendukung pengembangan bisnis kesehatan berkelanjutan di Indonesia. Sebagai salah satu sumber pembiayaan alternatif, keterlibatan SRF dan INA mendukung perwujudan kemakmuran jangka panjang bagi seluruh masyarakat Indonesia.

error: Content is protected !!