redaksiutama.com – Guncangan ekonomi global membuat sejumlah negara berada di ujung jurang resesi. Jika mimpi buruk itu terjadi, hal ini bisa berdampak terhadap gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).
Resesi sendiri diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu stagnan dan lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Resesi ekonomi bisa memicu penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran, hingga kebangkrutan ekonomi.
“Yang terburuk belum datang, dan bagi banyak orang, 2023 akan terasa seperti resesi,” menurut laporan Dana Moneter Internasional pada 11 Oktober.
Lebih lanjut, laporan itu menunjukkan bahwa inflasi yang terus melonjak menyebabkan kekacauan di pasar saham. Akibatnya, perusahaan-perusahaan bersiap menghadapi masa depan yang tidak pasti dengan pemutusan hubungan kerja (PHK), pembekuan perekrutan karyawan baru, dan dalam beberapa kasus bahkan membatalkan tawaran pekerjaan.
Meskipun tidak ada pekerjaan yang sepenuhnya kebal terhadap hambatan ekonomi, beberapa industri cenderung bernasib lebih buruk daripada yang lain selama penurunan.
Menurut tiga ekonom, ada beberapa industri yang diperkirakan akan menjadi yang paling rentan selama resesi.Menurut tiga ekonom, ada beberapa industri yang diperkirakan akan menjadi yang paling rentan selama resesi. Berikut ini daftarnya yang dilansir dari CNBC Make It:
Menurut Kory Kantenga, seorang ekonom senior di LinkedIn, pekerjaan yang “pertama hilang” ketika resesi melanda adalah pekerjaan yang bergantung pada pengeluaran konsumen dan orang-orang yang memiliki pendapatan yang dapat dibelanjakan.
Sementara itu industri ritel, restoran, hotel dan real estate adalah beberapa bisnis yang sering dirugikan selama resesi. Menurut Kantenga, layanan yang ditawarkan industri-industri tersebut memang dapat meningkatkan kualitas hidup orang, tapi layanan itu tidak diperlukan untuk mempertahankan standar hidup dasar manusia.
Kemudian, menurut kepala ekonom di ZipRecruiter, Julia Pollak, industri yang membutuhkan banyak modal seperti manufaktur dan real estat juga cenderung menderita selama penurunan pertumbuhan ekonomi dan kurang tahan resesi. Hal itu akan berlaku untuk resesi berikutnya, mengingat kenaikan suku bunga dan rekor inflasi yang tinggi, tambah Pollak.
Konstruksi dan manufaktur mengalami penurunan yang cukup besar dalam jumlah pekerja selama “Great Recession” yang terjadi pada 2007 hingga 2009, menurut data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS.
Pollak memperkirakan bahwa industri-industri ini akan mengalami penurunan serupa dalam pekerjaan jika resesi akan segera terjadi karena orang cenderung menunda pembelian besar, termasuk rumah dan mobil baru, selama penurunan ekonomi.
Namun, sulit untuk memprediksi apa yang akan terjadi selama penurunan ekonomi berikutnya berdasarkan resesi masa lalu, kata kepala ekonom di sebuah organisasi kebijakan publik yang meneliti masalah ekonomi Economic Innovation Group, Adam Ozimek.
“Saya rasa belum waktunya untuk panik. Risiko resesi itu nyata, tetapi saya pikir ada juga peluang bagus kita tidak mengalami resesi sama sekali,” tambahnya.