redaksiutama.com – Kebaya sudah lama dikenal sebagai salah satu busana tradisional perempuan Indonesia.
Pakaian ini seringkali dipakai dalam berbagai acara resmi meskipun belakangan kerap dijadikan pilihan outfit kasual pula.
Perempuan yang berkebaya dianggap anggun, elegan dengan kecantikan lokal yang unik.
Sebagai peninggalan fashion, kebaya kini sedang diajukan sebagai warisan dunia tak benda kepada UNESCO.
Selain pengakuan yang lebih luas, ini diharapkan bisa mempromosikan busana ini agar semakin dicintai dan sering dipakai dalam berbagai kesempatan.
Sayangnya, masih banyak dari kita yang belum terlalu mengenal soal keindahan maupun identitas kebaya itu sendiri, selain sebagai kostum.
Untuk menambah pemahaman kita, berikut lima fakta penting kebaya seperti dikutip dari laman Tradisi Kebaya.
Kriteria kebaya
Kebaya adalah busana daerah atau tradisional banyak masyarakat di Indonesia yang dipakai sebagai atasan.
Untuk memperkuat kesan lokalitas dan feminitas penggunanya, busana ini sebaiknya dipadukan dengan kain batik, tenun atau wastra Nusantara lainnya sebagai bawahannya.
Kebaya adalah model baju
Kebaya identik dengan atasan berbahan brokat namun sebenarnya itu adalah tigma yang salah.
Pasalnya, kebaya adalah model baju dengan berbagai variasi bahan seperti brokat, sifon, beludru, katun, hingga kaos.
Memiliki potongan yang pakem
Sebagai peninggalan budaya yang kaya, kebaya memiliki potongan yang pakem atau standar.
Ciri khasnya adalah bukaan depan dengan potongan simetris di sisi kiri maupun kanan dan memiliki lengan.
Saat ini memang ada berbagai modifikasi yang lebih modern dengan banyak versi namun pakem inilah yang sejak lama dikenal dan dipakai perempuan Indonesia .
Beda dengan baju kurung
Harus dipahami pula jika kebaya sangat berbeda dengan baju kurung atau baju bodo, yang juga dipakai beberapa masyarakat tradisional Indonesia.
Perbedaan paling mendasar adalah adanya bukaan depan pada kebaya, yang jadi ciri khasnya pula.
Beragam model kebaya
Ada beragam model kebaya yang terbesar di berbagai daerah dan dipakai oleh para perempuan sejak dulu. Misalnya:
Model kartini
Sesuai namanya, model kebaya ini kerap kita lihat pada dokumentasi sosok Ibu Kartini, pahlawan nasional Indonesia.
Potongannya lebih sederhana dengan lipatan kerah vertikal hingga menutupi dada, memberikan siluet memanjang dan ramping bagi penggunanya.
Model kutubaru
Secara desain mirip dengan kebaya kartini namun dengan area leher yang lebih rendah dan terbuka.
Terdapat tambahan kain kotak di bagian dadanya, yang awalnya merupakan kemben yang lebih banyak dipakai perempuan di masa lalu.
Model krancang
Busana dengan model ini dikenal pula dengan nama kebaya encim atau peranakan.
Potongannya dipengaruhi tradisi perempuan peranakan Tionghoa dengan aksen di bagian leher.
Biasanya jenis kebaya ini memiliki warna cerah dengan bordir di badan bagian depan serta ujung lengan.
Model noni/nyonya
Jenis kebaya ini muncul karena besarnya pengaruh perempuan Belanda, yang dikenal dengan istilah noni, di masa kolonialisme.
Ciri khasnya adalah renda yang dijahit di seputar leher, bukaan depan sampai melingkar ke bagian belakang.
Biasanya juga terdapat renda yang menghiasi bagian ujung lengan dengan warna busana yang putih atau offwhite.
Model dari daerah lain
Kebaya dari banyak daerah dan suku lain juga memiliki ciri khas dan kelebihannya masing-masing.
Misalnya kebaya Sunda dengan kerah tegak di belakang lehernya sedangkan kebaya Betawi yang cenderung memiliki warna cerah dan manset di ujung lengannya.
Ada juga kebaya dari Ambon dengan manset namun berwarna putih, kebaya Basiba dari Minang yang panjang menjuntai hingga menutupi lutut dan kebaya Bali dengan potongan kutubaru tanpa lengan dan selendang di pinggang.