redaksiutama.com – Di dunia ini, manusia diciptakan dengan kondisi tubuh dan fisik yang beragam. Dari total tujuh miliar penduduk dunia pada 2021, 15 persen di antaranya adalah penyandang . Dari 15 persen itu, 80 persennya tinggal di negara berkembang.
Angka yang tinggi ini membuktikan bahwa teman-teman disabilitas ada di sekeliling kita. Sayangnya, mereka kerap mendapat istilah yang negatif, sebagai orang cacat dan orang yang selalu butuh bantuan karena tak mampu berbuat sesuatu.
Tak jarang juga masyarakat menganggap para penyandang disabilitas adalah orang terasing sehingga sering kali hak-hak mereka pun terabaikan.
Kisah mengenai kehidupan teman disabilitas ini diceritakan dalam audio drama bertajuk yang bekerja sama dengan Kak Awam Prakoso dengan tautan akses .
Itu sebabnya, diperlukan edukasi sejak dini oleh orangtua agar anak bisa saling menghargai teman-teman mereka yang memiliki keterbatasan. Mengutip , berikut beberapa cara yang bisa orangtua lakukan.
1. Jelaskan pada Anak dengan Asertif
Anak-anak, secara alami memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Tak jarang, ketika mereka melihat seseorang dengan disabilitas, insting pertama mereka adalah bertanya. Jika sang anak mulai memperhatikan orang dengan disabilitas, orangtua bisa berinisiatif untuk menjelaskannya.
Usahakan agar penjelasan yang dibangun dalam percakapan tetap positif. Misalnya, saat melihat temannya dengan kursi roda, jelaskan bahwa alat bantu tersebut membantunya bergerak karena mereka memiliki keterbatasan fisik.
2. Gunakan Istilah yang Berkonotasi Positif
Anak-anak pada dasarnya bersifat seperti spons; menyerap semua yang mereka dengar. Saat berbicara tentang penyandang disabilitas, ada beberapa kata-kata yang berkonotasi negatif, misalnya buta atau cebol. Jadi, penting untuk tidak menggunakan istilah-istilah itu.
Jangan gunakan kecacatan sebagai cara untuk mendeskripsikan seseorang. Daripada mengatakan anak autis, lebih baik orangtua menjelaskan bahwa orang tersebut merupakan anak dengan spektrum autisme.
3. Tekankan Pentingnya Kesetaraan
Masih tingginya kasus diskriminasi terhadap para penyandang disabilitas membuat orangtua berperan penting terhadap pemberian edukasi. Saat menjelaskan kondisi mereka, tekankan bahwa penyandang disabilitas masih sama seperti kita.
Misalnya, mungkin anak memiliki teman yang mengidap down syndrome dan mereka berdua sama-sama suka menonton sepak bola dan berenang. Jelaskan bahwa menjadi disabilitas bukan berarti hidup mereka tak bisa berbuat apa pun.
4. Ajarkan Pemahaman dan Empati
Alih-alih hanya memberi tahu anak bahwa penyandang disabilitas tidak dapat melakukan sesuatu hal, bicarakan juga tentang keahlian mereka. Ajari anak untuk fokus pada kelebihan mereka dan bukan kekurangan.
Misalnya, apabila senang olahraga, anak-anak bisa diajak untuk menonton kompetisi olahraga antar penyandang disabilitas, misalnya para olimpik. Kemudian, tanyakan bagaimana perasaan mereka saat melihatnya.
Selain itu, berikan pula penjelasan bahwa memiliki keterbatasan bukan berarti bisa menghentikan semangat mereka. Bantulah anak untuk melihat bahwa semua manusia memiliki kekuatan dan kelemahan mereka sendiri.
5. Hindari Merisak Teman Disabilitas
Anak-anak penyandang disabilitas lebih rentan dirundung. Jelaskan pada anak bahwa teman-teman disabilitas memiliki posisi yang sama dengan manusia lainnya. Orangtua bisa mengajari anak dengan contoh.
Misalnya, ketika ada teman mereka yang diolok-olok, orangtua bisa bertanya ‘jika kamu ada di situasi itu, apa yang akan kamu lakukan?’. Setelah mendengar jawabannya, orangtua bisa menjelaskan kembali mengapa sang anak harus membantu teman mereka.
Dengarkan episode lengkap melalui tautan .
Dengarkan pula ratusan dongeng menarik lainnya hanya melalui di Spotify. Ikuti juga siniarnya sekarang juga agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.