Itu makanya, ketika General Authority of Civil Aviation alias otoritas penerbangan sipil Arab Saudi (GACA) mengingatkan tentang larangan membawa benda cair, termasuk zamzam di dalam bagasi pesawat, kasus pembongkaran lazim menimpa koper-koper jemaah Indonesia karena memaksa-menyembunyikan zamzam di dalamnya.
Pelarangan itu bukan semata-mata perkara zamzam, melainkan untuk seluruh benda cair yang melebihi 100 mililiter lantaran bisa membahayakan jaringan kabel pesawat saat pecah karena terhimpit maupun faktor lainnya. Sebut saja parfum, saus, madu, kecap, sambal, dan sejenisnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Akan tetapi, selain mencukupkan diri dengan penyediaan jatah lima liter air zamzam per jemaah haji di debarkasi, solusi lain berupa mengoplos zamzam dengan air biasa ternyata bukanlah cara yang buruk atau terkesan membohongi para si para penerima oleh-oleh.
Managing Director Zamazemah Company atau perusahaan pengemasan air zamzam di Arab Saudi, Hasan Mahmud Abu Al Faraj menjelaskan, mencampurkan zamzam dengan air biasa tidak akan mengurangi keberkahan maupun kandungan istimewa di dalamnya.
“Secara alamiah, setetes zamzam bisa dicampur hingga ke seribu liter air,” tegas Al Faraj, saat ditemui di pabrik Zamzemah Company di Jalan King Fahd, Makkah, Rabu, 20 Juli 2022, malam.
Ia menegaskan, penelitian itu telah dilakukan seorang ahli bernama Profesor Yahya Hamzah Koshak. Saat peneliti mencampurkan satu botol kecil zamzam dengan seribu botol besar air biasa, hasilnya tidak ada perubahan kadar pH maupun kandungan secara keseluruhan.
“Kadar air itu berubah menjadi air zamzam seluruhnya,” kata dia.
Al Faraj menjelaskan, di musim haji, perusahaan yang dipimpinnya harus menyalurkan satu botol zamzam per jemaah haji dalam sehari. Untuk tahun ini, ia memproduksi satu juta botol per hari untuk disalurkan ke seluruh jemaah di Tanah Suci.
“Kami memiliki 820 pegawai, dan itu relatif sedikit. Dulu bisa sampai seribu orang lebih. Tapi karena sekarang pengemasannya dibantu mesin canggih dan otomatis, maka sumber daya manusianya (SDM) jadi bisa lebih minimalis,” kata Al Faraj.
Zamazemah mampu mengemas 10 botol air zamzam dalam setiap jamnya. Air tersebut disalurkan dari sumber Zamzam utama yang letaknya di bawah Ka’bah dan Maqom Ibrahim di Masjidil Haram.
“Zamzam disalurkan dari Masjidil Haram melalui pipa bawah tanah ke daerah bernama Kudai. Kemudian dari Kudai dibawa dengan mobil khusus pengangkut air zamzam,” ungkap dia.
Ia menjelaskan, sebab pabrik pengemasan itu berjarak cukup jauh dengan sumber air zamzam karena pembangunannya membutuhkan area sekitar 11 ribu meter persegi. Sedangkan di Masjidil Haram dan sekitarnya sudah diproyeksikan khusus untuk perluasan sarana ibadah jemaah haji, termasuk hotel dan penginapan.
Meskipun begitu, Al Faraj percaya bahwa sumber air zamzam ini tidak akan kehabisan atau mengalami kekeringan. Pasalnya, zamzam merupakan mukjizat yang dikaruniakan Allah SWT untuk seluruh umat Islam di dunia.
“Karena air zamzam adalah mukjizat dari zaman Nabi Ismail dan Siti Hajar. Zamzam keluar dari sumur tidak seperti air lainnya. Pernah terjadi pada zaman sebelum Rasulullah Muhammad saw, namanya peristiwa Juhrum, sumber air berkah itu sempat terputus atau berhenti karena diuruk. Kemudian digali lagi pada zaman Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad, kemudian setelah itu tidak pernah terputus sama sekali,” tuturdia.
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.