Sandiaga Sampaikan 3 Tantangan Utama Pelaku Ekraf, Apa Saja?

Jakarta: Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyampaikan tiga tantangan yang dihadapi pelaku ekonomi kreatif (ekraf) di Indonesia. Ketiga tantangan yang dimaksudkan yakni peningkatan kualitas produk, pemasaran, dan pembiayaan.
 
Mengutip Antara, Senin, 18 Juli 2022, dalam kegiatan Kabupaten/Kota (KaTa) Kreatif di Cilegon Creative Center, Cilegon, Banten, ia mengatakan, pelaku ekraf harus meningkatkan kualitas produknya sehingga berdaya saing dan naik kelas. Oleh karena itu, kata Sandiaga, pihaknya terus melakukan pembinaan.
 
“Kami memberikan pelatihan, pendampingan terutama untuk digitalisasi,” ujarnya.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Tantangan kedua ialah berkaitan dengan pemasaran produk. Untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap produk ekraf, maka hasil rakitan para pelaku usaha harus memiliki nilai otentik, relevan, dan menjadi buah bibir.

Ia mencontohkan produk kerajinan limbah plastik hasil olahan seorang pelaku usaha bernama Evi Rosita yang menceritakan perjuangan menghadapi kanker payudara sejak 2018 sembari tetap melakukan usaha kriya. Bagi Sandiaga, cerita perjuangan Eva yang orisinal dan menarik dapat menjadi motivasi bagi para pengidap kanker lainnya untuk melakukan kegiatan usaha.
 
Produk yang dibuat oleh Eva juga dinilai relevan karena salah satu masalah utama Indonesia adalah berkaitan dengan sampah. Setelah memiliki nilai orisinalitas dan relevansi produk, produk kerajinan limbah tersebut bakal menjadi buah bibir masyarakat terutama di kalangan pengidap kanker.
 
“Produk ini bisa dibeli keluarganya dulu karena keluarga Bu Eva pasti simpati terhadap perjuangan mengatasi kanker. Kedua adalah komunitas, dan terakhir bisa ditawarkan di ajang internasional ketika produknya sudah kelas dunia,” ungkap Menparekraf.
 
Adapun tantangan ketiga yaitu perihal pembiayaan yang sudah diberikan melalui pelbagai program pemerintah. Salah satunya adalah bantuan pembiayaan Rp1 juta untuk pelaku usaha tahap rintisan di Cilegon sebagaimana yang disampaikan Wali Kota Cilegon Helldy Agustian.
 
Dia mengaku telah bekerja sama dengan Bank BJB milik Pemerintah Jawa Barat dan Banten untuk memberikan fasilitas pinjaman Mesra (masyarakat ekonomi sejahtera) kepada pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebesar nol persen dengan biaya administrasi delapan persen guna biaya pelatihan.
 
“Kami sudah mengumpulkan perbankan seluruh Cilegon yang akan mengadakan pameran khusus untuk sosialisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) agar nanti ada pinjaman dari pelaku usaha,” pungkasnya.
 

(ABD)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!