Merdeka.com – Area Simpang Lima Kota Semarang kedatangan ribuan seniman, Minggu (14/8) pagi. Mereka mempertunjukkan Gamelan kolosal, sebuah seni tradisional jaranan dan gending-gending Jawa.
Aksi yang digelar untuk menyambut Hari Ulang Tahun ke Jateng ke 72 itu berhasil mengundang decak kagum warga yang asyik mengikuti Car Free Day (CFD) di kawasan itu.
Tak sedikit masyarakat dan para siswa SMA/SMK yang ikut menari bersama penari jaranan. Awalnya hanya satu atau dua orang. Namun lama-lama, yang ikut menari semakin banyak. Jadilah sebuah pertunjukan flashmob tari Jaranan yang begitu memesona di sepanjang Simpang Lima.
“Seru dan menarik, jarang-jarang di Simpang Lima ada parade seni tradisional seperti ini. Biasanya kan band-band atau tarian populer lain,” kata Alfie(30) yang awalnya mengaku kesulitan mengikuti gerakan namun tetap antusias.
“Ya agak kesulitan, karena jarang menari tradisional. Tapi seru, karena bareng-bareng semua ikut nari. Harapannya sering diadakan acara semacam ini, karena ini bagian dari mengenalkan dan melestarikan budaya tradisional. Kita harus bangga pada budaya bangsa,” jelasnya.
Para seniman yang notabene adalah seniman desa juga begitu bangga bisa tampil di Simpang Lima. Mereka tak menyangka, antusias masyarakat pada seni tradisional masih begitu tinggi.
“Rasanya bangga, seneng dan terharu sekali. Grogi juga, karena tampil ditonton banyak orang seperti ini. Melihat masyarakat ikut nari bersama, rasanya terharu karena mereka masih cinta pada kesenian tradisional. Semoga kesenian tradisional Jateng dan Indonesia semakin maju,” kata Anin (20) penari jaranan asal group Setuo Lawang Budoyo Wonosobo.
Tak hanya kalangan masyarakat, istri Gubernur Jawa Tengah, Siti Atikoh Ganjar Pranowo bahkan ikut juga menari jaranan dengan semangatnya.
“Asyik ya, saya kebetulan lama banget nggak nari tradisional, mungkin SD ya. Karena ini pertama kali, jadi banyak nyontek depan belakang,” katanya.
©2022 Merdeka.com
Atikoh juga mengapresiasi antusiasme masyarakat yang ikut menari jaranan. Meski saat ini sudah era digital, tapi masyarakat masih mencintai budaya lokal yang luar biasa.
“Melihat antusiasme masyarakat luar biasa, anak muda, anak kecil, tua semua ikut menari. Semoga seni tradisional ini semakin eksis, kebudayaan lokal semakin dicintai, semakin membumi dan masyarakat Jawa Tengah semakin makmur gemah ripah loh jinawi,” ucapnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyampaikan permohonan maaf pada seniman dan seluruh masyarakat di tempat itu. Sebab, ia yang seharusnya hadir terpaksa menyapa masyarakat lewat daring karena sedang mengikuti acara bersama Presiden Joko Widodo di Jakarta.
“Saya mohon maaf, seharusnya saya hadir dan saya memang sudah menantikan lama acara ini. Tapi terpaksa saya mengikuti secara daring karena harus mengikuti acara bersama pak Presiden di Jakarta,” kata Ganjar.
Meski begitu, ia tetap menyaksikan secara penuh dan bangga melihat kemeriahan acara yang didukung Bank Jateng dan Purnomo Yusgiantoro Center itu.
“Betapa meriahnya acara ini, kesenian tradisional tampil dengan beragam pernak-pernik yang disajikan. Ada kuda lumping, ada karawitan dan ada juga penampilan budaya dari berbagai daerah yang dibawakan adik-adik mahasiswa kita. Saya lihat semuanya semangat dan bergembira, banggalah pokoknya,” pungkasnya.
[hhw]
Artikel ini bersumber dari www.merdeka.com.