redaksiutama.com – Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pada sesi perdagangan Jumat (14/10/2022) dibuka melemah. Depresiasi ini tidak terlepas dari rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) periode September yang masih tinggi.
Mengacu kepada data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dibuka pada level Rp 15.365 per dollar AS, melemah dibanding posisi penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.362 per dollar AS.
Pelemahan mata uang Garuda terus berlangsung pada satu jam pertama perdagangan. Tercatat pada pukul 10.00 WIB, nilai tukar rupiah melemah 0,17 persen ke level Rp 15.388 per dollar AS.
Indeks harga konsumen (CPI) AS yang mengalami peningkatan sebesar 8,2 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada September lalu menjadi salah satu sentimen negatif utama yang menekan pergerakan rupiah.
Realisasi inflasi tersebut sebenarnya lebih rendah dari Agustus sebesar 8,3 persen secara yoy. Namun demikian, realisasi tersebut masih lebih tinggi dari prediksi pasar, yakni sebesar 8,1 persen secara yoy.
“Data inflasi AS bulan September yang masih terlihat tinggi di atas 8 persen sehingga memperbesar ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif di bulan November,” ujar Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, kepada Kompas.com, Jumat.
Data FedWatch Tool CME menunjukan, 99 persen yakin bank sentral AS akan menaikan suku bunga acuannya sebesar 75 basis points pada pertemuan November mendatang. Ini yang membuat pasar beralih ke aset safe haven, termasuk dollar AS.
Dengan semakin tingginya potensi kenaikan suku bunga acuan The Fed yang agresif, potensi pelemahan rupiah menuju Rp 15.400 per dollar AS menjadi semakin besar.
“Potensi resisten di kisaran Rp 15.830, peluang ke Rp 15.400 terbuka,” kata Ariston.
Selain rupiah, sentimen inflasi turut menekan sejumlah mata uang Asia lain, mulai dari yen Jepang (-0,12 persen), dollar Taiwan (0,01 persen), rupee India (-0,05 persen), yuan China (-0,11 persen), ringgit Malaysia (-0,13 persen), hingga Baht Thailand (-0,15 persen).