Rasio Pengusaha RI Masih Kecil, Menkop Ajak Mahasiswa Berwirausaha

redaksiutama.com – Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki berdialog dengan para mahasiswa di acara Young Entrepreneur Wanted di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said, di Surakarta, Jawa Tengah. Dalam acara yang berlangsung Kamis (13/10) itu, Teten membahas segala hal terkait dunia wirausaha di kalangan mahasiswa.

“Siapa yang ingin menjadi pengusaha?” Tanya Teten kepada para mahasiswa, seperti dikutip dalam keterangan tertulis, Jumat (14/10/2022).

Hampir semua mahasiswa yang hadir di Gedung Serba Guna Kampus UIN Surakarta pun mengacungkan tangannya ke atas.

“Itu pilihan tepat. Memang, ada survei menyebutkan bahwa 73% anak muda saat ini berkeinginan menjadi seorang pengusaha,” lanjut Teten.

Teten menyampaikan apresiasi kepada para mahasiswa yang mulai berwirausaha. Menurutnya, dengan menjadi pengusaha para mahasiswa kelak tidak lagi mencari pekerjaan, melainkan sudah mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain.

“Sebuah negara disebut sebagai negara maju bila memiliki rasio kewirausahaan minimal 4%. Indonesia baru mencapai 3,47%,” papar Teten.

Teten lantas mengulas negara seperti Singapura dan AS yang tingkat rasio kewirausahaannya berkisar 10-12%.

“Kita sedang menuju kesana dengan program menciptakan 1 juta wirausaha mapan baru,” sebut Teten.

Ia pun mendorong UIN Surakarta untuk membentuk inkubator bisnis bagi kalangan mahasiswa. Tugasnya untuk melakukan pendampingan dan mentoring untuk rencana bisnis yang akan dilakukan para mahasiswa.

“Saya juga mendorong untuk masuk ke ekosistem digital. Tak hanya pasarnya, tapi juga operasional usahanya termasuk laporan keuangan secara digital,” jelas Teten.

Dalam kesempatan itu, Staf Khusus Presiden RI Putri Tanjung menegaskan tidak semua orang bisa menjadi pengusaha. Dibutuhkan beberapa hal agar sukses menjalankan bisnis.

“Butuh kesabaran lebih dan pola pikir untuk menjadi pengusaha. Butuh proses yang tidak ringan,” ungkap Putri.

Baca Selengkapnya

Putri membagikan beberapa tips agar bisa berhasil menjadi pengusaha. Intinya, kata dia, harus punya pola pikir entrepreneurship, sehingga bisa berdaya saing global.

“Berpikir kreatif, inovasi, dan membangun networking yang luas,” beber Putri.

Setiap pengusaha, lanjut Putri, juga harus memiliki niat yang baik, mampu melihat dan menciptakan peluang, serta harus paham pasar yang menjadi targetnya. Di samping itu arah bisnisnya harus jelas.

“Bila perlu, memiliki skill set untuk menjadi solusi bagi permasalahan orang lain,” terang Putri.

Putri meyakinkan para mahasiswa bahwa setiap orang memiliki cerita dan proses masing-masing. Tidak semua orang sama.

“Kita harus membangun rasa percaya diri. Dan dengan luasnya networking, itu sudah menjadi model bisnis yang bagus untuk berkembang,” sambung Putri.

Rektor UIN Raden Mas Said Prof Dr H Mudofir Abdullah mengapresiasi kehadiran Menkop UKM di kampus untuk memperkuat literasi pentingnya anak muda berdaya saing.

“Dengan perubahan zaman yang begitu cepat, menjadi enterpreneur adalah pilihan tepat,” ujar Mudofir.

Beberapa mahasiswa yang sudah memiliki usaha pun unjuk gigi di hadapan Menkop UKM dan Staf Khusus Presiden RI Putri Tanjung. Salah satunya Fela, pemilik usaha konveksi dengan omzet mencapai Rp 10 juta per bulan.

“Pada 2018, saya melakukan riset kebutuhan mahasiswa terlebih dahulu sebelum berbisnis konveksi. Hasilnya, mereka butuh pakaian seperti jaket, kaos, dan sebagainya. Kebetulan belum ada yang bisnis itu, maka saya buka usaha konveksi dengan pangsa pasar teman-teman sendiri,” kata Fela.

Dalam perkembangan usahanya, Fela sudah bisa merambah ke instansi-instansi pemerintahan di Sukoharjo, Klaten, dan Solo.

“Ke depan, saya ingin teman-teman menjadi reseller dari produk saya,” sebut Fela.

Selain Fela, ada mahasiswa lain yang berbisnis busana muslim seperti jilbab, dress, dan lain-lain. Omzetnya sudah mencapai Rp 50 juta sebulan.

Selain itu, mahasiswa lainnya bernawa Husen menggeluti bisnis agen belut untuk memenuhi kebutuhan industri olahan berbahan baku belut. Misalnya, bahan untuk sambal belut khas Klaten.

“Omzet saya berkisar Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per bulan,” ungkap Husen.

error: Content is protected !!