Puluhan Warga di KampungPusat Kota Surabaya Tak Teraliri Air Selama 10 Tahun, Tetapi Bayar Abonemen

SURYA.CO.ID, KOTA SURABAYA – Program jajaran baru PDAM Surya Sembada Kota Surabaya bahwa pseluruh warga Surabaya mendapatkan air bersih pada 2023 nanti, mendapat tantangan. Yaitu ada puluhan warga satu kampung di Surabaya pusat yang ternyata tidak teraliri air PDAM selama 10 tahun, tetapi masih harus membayar abonemen.

Bak pepatah ‘ayam bertelur di atas padi, mati kelaparan’, kondisi ini memang sulit dipercaya, tetapi ini dialami warga di Kampung Kebangsren Gang 6 dan Blauran Kidul Gang 1, Kelurahan/Kecamatan Genteng. Kepada seorang anggota DPRD Kota Surabaya yang berkunjung, Anas Karno, mereka mengaku sudah 10 tahun tak mendapatkan pasokan air dari PDAM.

Ada sekitar 20 rumah warga yang sudah tak menikmati air PDAM. Berdiri berhadapan, kedua gang tersebut berada di kelurahan yang hanya sekitar 2,5 KM dari kantor pemerintahan Surabaya.

Perwakilan warga, Mohamad Zulkarnaen mengaku sudah beberapa kali mendatangi PDAM untuk melaporkan masalah ini. Namun belum ada solusi yang diberikan. “Kawasan ini disebut “Gang Pertolongan”. Tetapi kenapa hanya gang ini saja yang (air PDAM) mati? Sedangkan rumah di sekitar kami (air) tetap mengalir?,” keluh Zul kepada jurnalis, Minggu (31/7/2022).

Ia juga menyebut bahwa warga di sini merupakan pelanggan PDAM. Di gang ini juga telah tertanam pipa PDAM yang sekitar 10 tahun silam, pipa tersebut mengalirkan air. Akibat kesulitan air, pihaknya lantas melakukan berbagai upaya. Di antaranya membeli air kemasan di pedagang asongan dan menggunakan air pompa.

“Air sumur sebenarnya keruh. Namun, mau nggak mau untuk kebutuhan mandi dan cuci kami banyak menggunakan air sumur. Sedangkan untuk konsumsi, kami gunakan air dari pedagang asongan. Ini tentu membutuhkan biaya lebih besar, mungkin sebulan bisa menghabiskan Rp 500.000,” tambah Zul.

Menariknya, meskipun air tak mengalir, pihaknya mengaku tetap harus membayar abonemen. “Bahkan, tiga bulan terakhir meningkat. Apabila biasanya sekitar Rp 20.000, sejak April menjadi Rp 60.000,” kata warga lainnya, Tia.

“Sehingga beban kami bertambah. Kami harus membayar abonemen yang naik, ditambah harus membeli air bersih ke asongan,” ia menambahkan.

Akibat tak mengalirnya air ditambah kenaikan abonemen yang tinggi, banyak dari mereka yang memilih memutuskan jaringan PDAM. “Kami meminta solusi secepatnya,” tegasnya.

Keluhan masyarakat ini pun telah didengarkan DPRD Surabaya. Wakil Ketua Komisi B, Anas Karno pun menyayangkan hal tersebut. Berada di pusat kota dengan dikelilingi gedung menjulang, pihaknya tak menyangka masih ada warga yang kesulitan air bersih.

“Kawasan ini dikenal sebagai segi empat emas, pusatnya kegiatan bisnis, dan ikon Surabaya. Sangat disayangkan apabila masih ada yang kesulitan air,” kata Anas yang dikonfirmasi terpisah.

Pihaknya meminta PDAM sebagai BUMD milik Pemkot Surabaya ini turun tangan. “Apalagi, direksi yang baru ini memiliki program percepatan pemasangan sambungan baru. Tentunya, ini sedang giat-giatnya memasang saluran baru. Apalagi ada target tahun 2023 seluruh warga Surabaya mendapatkan air bersih PDAM,” kata politisi PDI Perjuangan ini.

Apalagi, di kawasan ini juga telah tertanam pipa PDAM. Dengan peremajaan di sejumlah pipa yang beberapa tahun tak teraliri, warga akan bisa kembali mendapatkan pasokan air kembali. “Sebenarnya ini perkara mudah. Apalagi jaringan pipa di kampung ini sudah ada. Didukung juga jaringan di kampung sekitarnya. Aliran air di kampung tetangga juga normal,” jelasnya.

Tak hanya di kawasan Surabaya pusat, pihaknya berharap PDAM Surya Sembada bisa memperluas jaringan air di kawasan lain. “Bukan hanya soal kuantitas, kualitasnya pun juga terus ditingkatkan,” tegasnya. ****


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!