Pengamat politik Emrus Sihombing menyebut pertemuan keduanya merupakan ajang silaturahmi dua negarawan. Keduanya dianggap sosok dengan karakter politik yang mengutamakan keberagaman, pluralitas, inklusivitas, dan persatuan.
“Rencana pertemuan Puan Maharani dan Airlangga Hartarto suatu pertemuan negarawan yang memang sama-sama punya garis politik tentang keberagaman, tentang inklusivitas,” kata Emrus saat dihubungi wartawan, Jakarta, Rabu, 31 Agustus 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Komunikolog itu juga menganggap keduanya senapas dalam hal menghidupi semangat keindonesiaan dan kenusantaraan. “Jadi artinya bahwa dua sosok ini sangat homogen dari sudut keindonesiaan dan kenusantaraan kita,” ujarnya.
Emrus mengungkapkan pertemuan Puan dengan Airlangga akan semakin produktif jika menghasilkan kesepakatan politik. “Saya berpendapat bahwa pertemuan itu bisa lebih produktif, apabila memang ada semacam kesepakatan di panggung belakang ketika mereka bertemu,” ucapnya.
Kesepakatan itu bisa berupa pencanangan pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Termasuk, kesepakatan untuk berupaya merangkul seluruh kekuatan politik.
“Mudah-mudahan pertemuan mereka ada semacam kesepakatan memasangkan Puan Maharani menjadi calon presiden dan Airlangga menjadi calon wakil presiden Pilpres 2024 dengan catatan merangkul semua kekuatan politik dalam kerja sama politik,” kata Emrus.
Menurut Emrus, pasangan itu adalah pasangan ideal. Puan Maharani bisa memainkan sebagai pemimpin dengan karakter keibuan yang mampu merangkul dan menyamankan seluruh kekuatan politik. Sedangkan Airlangga dinilai punya kemampuan sebagai nakhoda bidang ekonomi. Hal itu terbukti dengan keberhasilannya dalam penanganan covid-19 sekaligus menjaga kondisi ekonomi Indonesia.
Manuver PDIP
Sementara itu, Direktur Indonesian Political Opinion, Deddy Kurniansyah, menyatakan kunci perubahan peta koalisi termasuk keterusungan tokoh akan bergantung pada PDIP. “Sehingga, koalisi sekarang yang terbentuk tidak akan menemui di titik jenuhnya, artinya mereka tidak akan terkonfirmasi koalisi kalau PDIP belum mengambil keputusan-keputusan elite,” kata Deddy.
Deddy mengatakan sebagai partai pemenang pemilu, manuver PDIP sangat ditunggu untuk menentukan bentuk koalisi-koalisi ke depan. Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang beranggotakan Partai Golkar, PPP, dan PAN sendiri disebut masih berupa semi komitmen. Keberadaan koalisi-koalisi yang ada tergantung pada manuver PDIP. Namu, posisi Partai Golkar dalam koalisi maupun Airlangga sebagai Ketua Umum sangat positif.
“Ada orientasi kedua, lobi politik para elite. Dengan kiprah dia sebagai Menko, keberhasilan menjaga ekonomi, ini akan mungkin dipahami oleh elite. Sehingga, meski elektabilitas masih rendah namun ada potensi diusung oleh mitra,” tegas Deddy.
(JMS)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.