Pabrik Chip Siap Cabut dari China, Vietnam dan India Bisa Ketiban Untung

redaksiutama.com – Pembatasan ekspor chip ke China oleh Amerika Serikat (AS) membuat produsen mempertimbangkan untuk memindahkan produksi chip mereka ke negara lain. Opsinya mengarah ke Vietnam dan India.

Meski demikian, ahli menilai pembatasan ekspor semikonduktor oleh Presiden AS Joe Biden ke China kemungkinan tidak akan mengganggu kondisi global atas supremasi pembuatan chip.

Jumlah permintaan baru-baru ini ke KPMG (perusahaan layanan bisnis dan konsultasi asal Singapura) dari klien, dan prospek perluasan kemampuan produksi chip di seluruh Asia Tenggara meningkat 30%-40% dibanding sebelum pandemi.

“Perusahaan melihat manfaat dalam memisahkan rantai pasokan daripada memiliki satu titik ketergantungan … Perkembangan geopolitik baru-baru ini diharapkan dapat mempercepat strategi yang sudah berjalan ini,” kata Walter Kuijpers dari KPMG, dikutip dari CNBC, Selasa (13/12/2022).

Oktober lalu AS mewajibkan perusahaan yang akan mengekspor semikonduktor canggih atau peralatan manufaktur terkait ke China untuk mendapatkan lisensi. Bisnis tersebut juga memerlukan persetujuan Washington jika mereka menggunakan peralatan Amerika untuk memproduksi chip kelas atas khusus untuk dijual ke China.

Terkait ini perusahaan semikonduktor mencoba mencari solusi. Pembuat chip asal Taiwan, TSMC dan saingannya di Korea Selatan, Samsung dan SK Hynix dilaporkan memperoleh keringanan.

Selama satu tahun mereka bisa terus mengirimkan peralatan pembuat chip asal AS ke fasilitas mereka di China. Sementara pembuat alat semikonduktor Belanda ASML menyebut stafnya di AS dilarang memberikan layanan tertentu ke pabrik fabrikasi semikonduktor canggih, atau pabrik, di China.

Pembatasan tersebut merupakan kebijakan baru dalam pergolakan industri semikonduktor global yang punya nilai mencapai US$ 600 miliar.

Beberapa tahun terakhir, pembuat chip yang pernah tertarik berbisnis di China harus menghadapi kenaikan biaya tenaga kerja, gangguan rantai pasokan akibat pembatasan COVID-19, dan meningkatnya risiko geopolitik.

Mereka mulai mempertimbangkan mencari negara lain, dengan Vietnam muncul sebagai alternatifnya. Vietnam telah menginvestasikan miliaran dolar untuk mendirikan pusat penelitian dan pendidikan, menarik pembuat chip besar untuk berbelanja di sana.

Samsung, pembuat chip memori terbesar di dunia dilaporkan telah berkomitmen untuk berinvestasi lebih lanjut sebesar US$ 3,3 miliar di negara Asia Tenggara tahun ini. Samsung menargetkan produksi komponen chip pada Juli 2023.

Selain itu India juga muncul sebagai basis produksi pembuat chip ini, karena SDM mereka berbakat dalam desain yang berkembang dalam mikroprosesor, subsistem memori, dan desain chip analog.

Tenaga kerja berlimpah dan biaya rendah di India juga menjadi pertimbangan. Namun, kurangnya kemampuan manufaktur negara itu menumpulkan daya tariknya.

error: Content is protected !!