redaksiutama.com – Jakarta, CNBC Indonesia – Kurs rupiah sempat melibas dolar Amerika Serikat (AS), sebelum akhirnya berbalik arah pada pertengahan perdagangan Kamis (13/10/2022). Indeks dolar AS yang terkoreksi di pasar spot, belum mampu membuat rupiah menguat.
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah menguat 0,03% pada pembukaan perdagangan ke Rp 15.355/US$. Sayangnya, rupiah berbalik arah dan melemah 0,13% ke Rp 15.380/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Penguatan Mata Uang Garuda terjadi di saat indeks dolar AS melemah di pasar spot. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya, melemah 0,05% ke posisi 112,30 Meninggalkan level 113 yang dicapainya pada awal pekan ini dan kian menjauhi rekor tertingginya selama dua dekade di 114,7.
Permintaan akan dolar AS tampaknya berkurang, seiring menurunnya katalis negatif di pasar keuangan global setelah rilis data inflasi AS yang melandai. Biro Tenaga Kerja AS pada Kamis (13/10) merilis inflasi per September 2022 yang berada di 8,2%, melandai dari posisi bulan sebelumnya di 8,3% secara tahunan (yoy). Meski, berada di atas ekspektasi analis Trading Economics yang memprediksikan di 8,1%.
Angka inflasi masih ditopang oleh kenaikan harga perumahan, makanan, dan perawatan kesehatan.
Rilis data tersebut tampaknya direspon positif oleh pasar, di mana bursa saham AS kompak berakhir di zona hijau dan melesat lebih dari 2%. Namun, hal tersebut masih mencerminkan bahwa inflasi AS masih berada di posisi yang tinggi dan sulit melandai dengan cepat.
Indeks Dow Jones ditutup melonjak 2,83% ke posisi 30.038,72. Padahal, indeks sempat ambles 500 poin di awal perdagangan. Indeks S&P mengakhiri perdagangan di posisi 3.669,91. Indeks menguat 92,88 poin atau 2,6% setelah sempat ambruk 2,4% lebih pada awal perdagangan.Indeks Nasdaq melesat 232,05 poin atau 2,23% dan mengakhiri perdagangan di posisi 10.649,15 padahal sempat anjlok hampir 3% pada awal perdagangan.
Dari Tanah Air, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil nasional bulan September 2022 mencapai 99.986 unit. Melonjak dari posisi September 2021 yang tercatat sebanyak 84.113 unit.
Penjualan bulan September ini juga merupakan rekor baru sejak awal tahun 2022, bahkan sejak awal tahun 2021.
Di mana, penjualan mobil domestik tercatat baru menembus angka 90 ribu unit di bulan Agustus 2022, yaitu 96.956 unit.
Secara total, penjualan mobil nasional sepanjang Januari-September 2022 adalah sebanyak 758.216 unit. Sementara, penjualan sepanjang tahun 2021 adalah 887.202 unit.
Data tersebut dapat menunjukkan bahwa daya konsumsi masyarakat Indonesia masih tumbuh meski di tengah inflasi yang tinggi. Seperti diketahui, 50% dari porsi PDB merupakan konsumsi masyarakat. Sehingga, jika daya konsumsi masyarakat masih tumbuh, meningkatkan potensi PDB Indonesia pada kuartal akhir tahun ini masih berada di posisi yang aman dan jauh dari potensi resesi, bahkan stagflasi.
Meski indeks dolar AS sedang terkoreksi di pasar spot, nyatanya mayoritas mata uang di Asia masih melemah. Baht Thailand, ringgit Malaysia dan rupiah terkoreksi paling tajam yang masing-masing sebesar 0,13% terhadap dolar AS. Disusul oleh mata uang safe haven, yakni yen Jepang yang terdepresiasi o,09% terhadap si greenback.
Sementara, dolar Singapura dan dolar Taiwan berhasil menguat meski tipis sebesar 0,6% dan 0,008% di hadapan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA