Menghitung kekuatan king maker menjelang Pilpres 2024

Setelah bertemu SBY, pada Kamis (14/7) di Menara Bank Mega, Jakarta, JK berbicara tentang kedekatannya dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Kata JK, relasi mereka sudah terbangun lama, ketika JK menjadi Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina, sedangkan Anies menjadi rektor kampus itu pada 2007-2015.

Relasi itu semakin kuat ketika Pilpres 2014, Anies menjadi juru bicara Jokowi-JK. Dan, ketika Pilgub DKI Jakarta 2017, saat Anies berpasangan dengan Sandiaga Uno, JK mengusung pasangan itu hingga menjadi pemenang.

JK pun mengatakan, Anies punya pengalaman dan modal untuk maju sebagai kandidat capres pada Pilpres 2024. Walau ia tak menampik tokoh lain, seperti Prabowo Subianto dan Airlangga Hartarto juga punya kans yang sama. Dari sini disebut-sebut JK mendukung Anies maju sebagai capres.

Terkait pertemuan SBY dan JK, juru bicara JK, Husain Abdullah enggan berkomentar jauh. “Silakan (tanya) ke pengurus Partai Demokrat,” ujar Husain, Rabu (20/7).

Politikus senior Partai Demokrat, Syariefuddin Hasan yang akrab disapa Syarief Hasan mengatakan, pertemuan SBY dan JK belum berbicara ke arah koalisi menjelang Pilpres 2024. “Itu hanya pertemuan rekan kenegaraan, tidak semata-mata bermotif politik,” ujar Wakil Ketua MPR itu, Senin (18/7).

Ia melanjutkan, pertarungan Pilpres 2024 masih sangat jauh. Urusan membangun koalisi pun, kata dia, bukan lagi wewenang SBY, tetapi tugas anak sulungnya yang menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, AHY.

“Memang kami terus melakukan konsolidasi dan pertemuan,” kata dia.

Meski begitu, Syarief mengakui bila partainya memang hendak membuka kemungkinan memasangkan Anies dan AHY sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden.

“Tapi sejauh ini masih buntu,” tuturnya. “Kami belum tahu kemungkinannya seperti apa.”

Menurutnya, saat ini AHY tengah maraton mendekati beberapa ketua umum partai politik lain untuk mengusung nama kandidat di Pilpres 2024. Itu sebabnya AHY bersua Paloh. Akan tetapi, tak hanya Partai NasDem yang sedang coba digandeng Partai Demokrat, tetapi juga membuka kemungkinan dengan PDI-P.

“Tapi kalau PDI-P enggak mau, ya itu domain PDI-P. Kami enggak bisa lebih jauh,” ucap Syarief.

Dihubungi terpisah, Koordinator Presidium Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (Anies) yang merupakan relawan Anies Baswedan, La Ode Basir menyambut baik bila JK berkolaborasi dengan SBY untuk mengusung Anies sebagai kandidat dalam Pilpres 2024.

“Siapa pun nanti yang dipasangkan, kami tetap garis lurus mendukung Pak Anies,” ucap La Ode, Selasa (19/7).

La Ode mengaku, saat ini sedang menggelar banyak deklarasi mendukung Anies sebagai capres. Ia pun tengah menunggu masa jabatan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta habis. Dengan begitu, Anies bisa lebih leluasa melakukan pendekatan politik ke berbagai daerah, tanpa ada batasan sebagai pejabat publik.

Adu kuat king maker

Menghitung kekuatan king maker menjelang Pilpres 2024

SBY dan JK bisa dianggap sebagai king maker—orang atau kelompok yang punya pengaruh dalam memunculkan kandidat yang memenangi pemilu. Zaki Mubarak mengatakan, jika SBY dan JK berkoalisi, maka mereka bakal berhadapan dengan figur-figur kuat lainnya, seperti Megawati Soekarnoputri, Joko Widodo, dan Prabowo Subianto.

“Ada barrier (penghalang) yang sulit ditembus oleh Pak SBY untuk mendekati Bu Mega. Jokowi sambutannya juga dingin. Prabowo juga tidak antusias berkoalisi dengan SBY,” ujar Zaki.

“Jadi, langkah Pak SBY memang sangat terbatas. Sehingga paling memungkinkan ya membentuk persekutuan politik dengan JK dan Surya Paloh.”

Zaki mengatakan, SBY punya nafsu politik yang sejak lama ingin menjadikan AHY sebagai pelanjut “klan” Yudhoyono. Sehingga SBY terus mencari peluang agar AHY bisa dipinang menjadi cawapres atau setidaknya matang berpolitik melalui persaingan pemilu.

“Pak SBY jelas berkeinginan membangun kedekatan politik dengan Bu Mega, tapi kan ditolak. Jadi motif utamanya bukan melawan Bu Mega,” kata Zaki.

Sejauh ini, Zaki mengamati paling tidak ada dua kubu king maker yang kemungkinan besar berpengaruh kuat dalam Pilpres 2024. Pertama, lingkaran Megawati, Jokowi, dan Surya Paloh. Kedua, JK, SBY, dan Prabowo.

“Bu Mega masih mengendalikan penuh PDI-P. Jokowi punya kekuasaan besar sebagai presiden dan relawan yang solid. Surya Paloh punya NasDem, konglomerasi media, dan jaringan pengusaha yang kuat,” ujar dia.

Di sisi lain, ia belum terlalu yakin JK bakal mampu bicara banyak, seperti saat sukses memenangkan Anies-Sandi dalam Pilgub DKI Jakarta 2017. Alasannya, menurut Zaki, kekuatan JK saat ini berbeda jauh seperti 10 tahun lalu, ketika masih menjabat wakil presiden.

“Dia tidak lagi memiliki kendaraan politik yang jelas. Dulu punya Golkar. Pengaruh di ormas-ormas Islam juga tidak sekuat dulu,” tuturnya.

“Pak JK masih punya kaki dan jaringan Dewan Masjid (Indonesia) dan Palang Merah Indonesia (PMI), tapi kan peran dan pengaruhnya terbatas.”

Sedangkan SBY, kata Zaki, punya Partai Demokrat yang elektabilitasnya makin naik. Lalu, Prabowo punya modal yang kuat karena punya Partai Gerindra dan jabatannya sebagai Menteri Pertahanan.

“Tapi menurut saya tidak sekuat dulu pengaruhnya. Di basis massa Islam, dukungan ke Prabowo merosot,” tutur Zaki.

Pamor JK yang jauh menurun, menurut Zaki, memerlukan modal lebih besar agar bisa bermanuver hingga 2024. Atau paling tidak mencari pasangan untuk Anies, yang bisa mendongkrak suara memenangi pilpres.

“Sayangnya, ia (JK) tidak menyiapkan regenerasi, terlalu sibuk bermanuver sendiri,” katanya.

“Walhasil, seiring dengan usianya yang makin menua, apalagi sudah tidak ada di pemerintahan, pengaruhnya juga makin merosot.”

King maker lainnya, menurut Zaki, lebih potensial memenangkan pasangan yang diusung. Sebab, lebih kuat dari sisi modal dan posisi politik.

“Mega bakal menjadi aktor sentral bagi pemenangan Prabowo-Puan. Mulai ada sinyal PKB akan bergabung di dalamnya,” ujarnya.

“Pak Jokowi semakin jelas berada di belakang mobilisasi politik Ganjar Pranowo. Relawan Jokowi se-Indonesia berperan penting dalam deklarasi-deklarasi. Sementara Paloh menjadi penggerak bagi jalan Anies di 2024.”

Zaki melihat, kemungkinan besar kubu JK dan SBY bakal bergabung satu paket dengan Surya Paloh untuk mengusung Anies. Pasalnya, ia menilai, JK dan SBY tak cukup kuat bila mengusung calon, tanpa sokongan figur pemodal seperti Paloh.

“Hanya saja, dia (Surya Paloh) tidak punya kredensial Islam, padahal yang akan diusung Anies identik kepemimpinan Islam,” ujar Zaki.

Masalahnya, Zaki memandang, kolaborasi antara JK dan SBY belum mencapai titik temu. Karena SBY masih berambisi mengusung AHY sebagai cawapres.

“Kolaborasi mereka masih setengah matang,” ucap Zaki.


Artikel ini bersumber dari www.alinea.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!