Di usia yang terbilang muda, Rahma tergabung dalam tim software engineering yang pekerjaan sehari-harinya menciptakan aplikasi digital. Meski berstatus lulusan SMK, berkat berbagai pengalaman yang ia lewati semasa duduk di sekolah vokasi tersebut, pendapatan Rahma justru menyaingi pekerja bertitel sarjana.
Menurut Marissa, Rahma menjadi secuplik kisah perempuan yang berjuang melawan stereotipe dan membuktikan bahwa kaum hawa harus memiliki kesempatan yang sama dalam menggapai impian, khususnya di dunia kerja.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Tak hanya di Indonesia, di luar negeri pun rasio perempuan di dunia IT itu masih sangat sedikit. Semoga dengan adanya Rahma yang berjuang untuk berkarier di dunia teknologi ini menjadi inspirasi bagi para perempuan mematahkan anggapan bahwa ini bukan bidang mereka dan pada akhirnya sukses menjadi pekerja IT di Indonesia bahkan dunia,” kata Marissa Anita dalam keterangan tertulisnya.
Rahma membagikan cerita dalam acara bincang-bincang bertajuk “Cerita Vokasi”. Lulusan sekolah menengah kejuruan binaan Djarum Foundation itu berbagi inspirasi bersama Risa Maharani lulusan SMK NU Banat Kudus dan Abing Susanto Guru SMKN 12 Surabaya. Acara ini merupakan rangkaian dalam ajang Vokasiland 2022 yang diselenggarakan dalam menyambut peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) 2022.
“Tidak banyak perempuan khususnya dari daerah saya yang memiliki kesempatan yang sama. Rata-rata dituntut orangtuanya untuk lekas nikah selepas lulus sekolah. Menurut saya, tidak boleh lagi ada pemikiran seperti itu khususnya orangtua. Sebagai perempuan kita harus mandiri dan independen,” kata Rahma.
Marissa sempat berkeliling area Vokasiland 2022 dan menyaksikan secara langsung pameran karya dan kreasi siswa vokasi. Bintang film Istirahatlah Kata-Kata itu mengapresiasi program Merdeka Belajar yang diinisiasi oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi RI Nadiem Makarim.
“Aku sangat suka dengan program Merdeka Belajar yang digagas Mas Menteri Nadiem Makarim. Ini beda dengan sistem pendidikan di tahun 80-90an ketika saya sekolah. Dulu siswa hanya mendengarkan, menghafal saja, yang pada akhirnya tidak menghasilkan prestasi,” kata Marissa.
“Sementara bila saya perhatikan program Merdeka Belajar ini mendorong siswa mencari apa passion-nya, berani menghadapi tantangan dan itu yang kita inginkan yakni melahirkan manusia-manusia berpikir dan kreatif yang terus maju menyelesaikan permasalahan,” lanjut dia.
Sementara itu, Program Officer Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Galuh Paskamagma mengatakan bahwa kesuksesan Rahma tak lepas dari penerapan metode Merdeka Belajar yang membuat para siswa bisa semakin eksploratif dalam mempelajari bidang studi yang mereka minati selama di duduk bangku sekolah.
“Rachma dan Risa adalah salah satu bukti nyata keberhasilan Merdeka Belajar karena mereka menempuh pendidikan di SMK yang sebelumnya telah menerapkan Merdeka Belajar lebih dulu. Semasa sekolah, mereka bebas belajar sesuai dengan minatnya, hal ini yang mendorong kreativitas dan mengasah keterampilan mereka,” kata Galuh.
(ELG)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.