redaksiutama.com – Krisis energi di Jerman tidak hanya berdampak kepada manusia dan perekonomian, melainkan juga terhadap babi. Jumlah babi di negara itu berkurang hingga 10% dan membawanya ke rekor terendah dalam industri peternakan.
Kantor Statistik Federal Jerman (Destatis) mengatakan jumlah babi turun drastis karena banyak produsen tidak mampu membiayai ongkos pemeliharaan babi di tengah cuaca dingin dan lonjakan harga energi. Belum lagi harga pupuk dan pakan yang melonjak telah mendorong ongkos produksi lebih tinggi.
“Stok babi dan jumlah peternakan babi turun karena situasi ekonomi yang terus-menerus sulit,” kata Destatis dikutip dari CNN, Selasa (27/12/2022).
Jerman mencatat terdapat 21,3 juta babi pada 3 November 2022. Jumlah itu turun lebih dari 10% dibandingkan 2021 dan turun hampir 20% dibandingkan 2020.
“Jerman juga kehilangan 1.900 peternakan babi tahun ini, menyusul penurunan 1.600 peternakan antara tahun 2020 dan 2021,” tulis data tersebut.
Pada Oktober 2022, biaya produksi untuk semua daging memang melonjak hampir 47% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Menurut Asosiasi Industri Daging di Jerman, penurunan jumlah peternakan babi bukan hanya karena masalah krisis energi.
Wabah virus demam babi Afrika di Jerman Timur dan penurunan ekspor ke China karena kebijakan ketat nol COVID-19 yang baru dicabut awal bulan ini juga menambah masalah bagi produsen babi