Kementan: Pemerintah tak Kurangi Subsidi Pupuk

Grobogan: Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan bahwa subsidi untuk pupuk tidak ada pengurangan, bahkan jumlah alokasinya lebih karena semula untuk 9 juta hektare (ha) lahan kemudian menjadi 12 juta ha lahan.
 
“Tentunya dengan alokasi sebanyak itu cukup. Hanya saja yang memang ada pengurangan jenis pupuknya dari semua ada enam jenis menjadi dua jenis, yakni pupuk Urea dan NPK,” ujarnya dikutip dari Antara, Sabtu, 23 Juli 2022.
 

Ia mengungkapkan ketika penggunaan pupuk Urea yang bertujuan menyuburkan tanaman dan NPK untuk butiran atau isi padi masih harus ditambah dengan pupuk cair dan lainnya, silakan dengan difasilitasi pemerintah melalui kredit usaha rakyat (KUR) yang juga mendapatkan subsidi pemerintah.
 
Seluruh dunia, kata dia, subsidi untuk pupuk dicabut, penyebabnya karena adanya perang antara Ukraina dengan Rusia. Sedangkan bahan baku fosfat dan kalium potas sumbernya dari Ukraina sehingga harganya naik tiga kali lipat dan pupuk di dunia masuk krisis ketiga.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Untuk itulah, jenis pupuk yang bisa diproduksi sendiri oleh rakyat, tidak lagi diberi subsidi sehingga jumlah yang menerima pupuk bersubsidi juga lebih banyak.
 
Sementara anggaran untuk pupuk bersubsidi, kata dia, sebesar Rp25 triliun, sehingga jumlahnya bertambah besar.
 
“Alhamdulillah sudah dibayar oleh Presiden, cuman jenisnya dikurangi. Yang kemarin merembes ke mana-mana sekarang tidak boleh lagi,” ujarnya.
 
Sebelumnya, Bupati Grobogan Sri Sumarni menyampaikan keluhan soal pupuk bersubsidi karena alokasi yang diterima tidak sesuai rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK).
 
Ia berharap subsidi pupuk untuk petani tidak ada pengurangan agar petani juga tetap semangat tidak mengeluh.
 
Untuk mengatasi alokasi pupuk bersubsidi yang belum sesuai RDKK, maka Pemkab Grobogan memperkenalkan biosoka yang merupakan teknik membuat ramuan dari bermacam-macam rumput, kemudian diremas di dalam air hingga berubah warna jadi ungu. Cairan itulah yang kemudian disemprotkan ke tanaman sebagai pengganti pupuk.
 
“Petani juga dilatih membuat pupuk kandang dan organik, supaya kelompok tani bisa produksi sendiri,” ujarnya.
 

(SAW)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!