Jokowi Ketar-Ketir, Amerika dan Eropa Resesi 2 Bulan Lagi!

redaksiutama.comJakarta, CNBC Indonesia – Presiden Joko Widodo (Jokowi) berulang kali menyebut kata “hati-hati” saat berpidato di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI) Rabu (30/11/2022). Berdasarkan catatan Tim Riset CNBC Indonesia, Jokowi menyebut kata tersebut sebanyak 9 kali dalam 15 menit.

Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut menjelaskan perekonomian global saat ini dipenuhi ketidakpastian. Karena itulah, presiden meminta semuanya untuk waspada dan berhati-hati, meski harus tetap optimistis.

“Oleh sebab itu 2023 betul-betul kita harus waspada saya setuju harus optimis tapi harus tetap hati-hati dan waspada. Yang pertama itu ekspor Indonesia tahun ini tahun lalu melompat jauh tapi hati-hati tahun depan bisa turun,” ujar Jokowi.

Dia mengingatkan apa yang terjadi di China dan Uni Eropa saat ini juga harus menjadi perhatian.

China kini menghadapi masa ‘tergelap’ dalam hampir 5 dekade terakhir.

Survei terbaru dari Reuters yang melibatkan 40 ekonom menunjukkan perekonomian China diperkirakan tumbuh 3,2% di 2022, jauh di bawah target pemerintah 5,5%.

Jika tidak memperhitungkan tahun 2020, ketika dunia dilanda pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19), maka pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tersebut menjadi yang terendah sejak 1976.

Sementara itu Eropa diperkirakan akan mengalami resesi di kuartal I-2023, berdasarkan hasil survei terbaru Reuters ke para ekonom. Artinya dalam dua bulan ke depan, Eropa mulai memasuki resesi jika prediksi tersebut benar.

Median hasil survei tersebut menunjukkan kemungkinan resesi terjadi di zona euro sebesar 78%, naik dari survei Oktober lalu sebesar 70%.

PDB di kuartal IV-2022 diperkirakan akan mengalami kontraksi 0,4%, begitu juga pada periode Januari – Maret 2022. Sehingga secara teknis disebut mengalami resesi.

Tidak hanya China dan Eropa, Amerika Serikat juga akan menyusul. Ekonom Bank of America memprediksi Negeri Paman Sam akan mengalami resesi di juga di kuartal I-2023, saat PDB-nya mengalami kontraksi 0,4%.

“Kabar buruknya di 2023, proses pengetatan moneter akan menunjukkan dampaknya ke ekonomi,” kata ekonom Bank of America, Savita Subramanian, sebagaimana dilansir Business Insider, Rabu kemarin.

Sementara itu investor ternama, Michael Burry, memprediksi Amerika Serikat akan mengalami resesi selama beberapa tahun.

“Strategi apa yang bisa mengeluarkan kita dari resesi? Kekuatan apa yang bisa membawa kita keluar? Tidak ada. Kita akan mengalami resesi bertahun-tahun,” kata Burry dalam cuitannya di Twitter, sebagaimana dilansir Business Insider.

Tanda-tanda pelambatan ekonomi Amerika Serikat sudah mulai terlihat setelah bank sentralnya (The Fed) sangat agresif dalam menaikkan suku bunga. Tingkat pengangguran mengalami kenaikan menjadi 3,7% pada Oktober dari bulan sebelumnya 3,5%.

Resesi dan pelambatan ekonomi yang dialami motor penggerak ekonomi dunia tersebut tentunya akan berdampak pada negara lain, termasuk dari Indonesia, setidaknya dari sisi ekspor.

China merupakan pasar ekspor terbesar Indonesia, nilainya sepanjang Januari – Oktober sebesar US$ 51,5 miliar dan berkontribusi 22,3% dari total ekspor.

Kemudian Amerika Serikat di urutan kedua dengan pangsa pasar 10,4%. Nilainya pada periode yang sama mencapai US$ 24 miliar, dan Uni Eropa nilainya sebesar US$ 18,1 miliar yang berkontribusi 7,85% dari total ekspor.

Jika ketiganya digabungkan, maka total ekspor sebesar lebih dari 40%. Maka wajar Jokowi memperingatkan tahun depan harus hati-hati. Apalagi tidak hanya ketiganya, negara lain juga akan mengalami hal yang sama sehingga tantangan menjadi berat.

error: Content is protected !!