redaksiutama.com – Jakarta, CNBC Indonesia – India berencana akan mengurangi impor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) secara signifikan dengan membuka lahan dan perkebunan kelapa sawit di Telangana.
Seperti diwartakan Reuters, tingginya harga CPO membuat impor CPO India membengkak dan memicu inflasi. Bahkan, pada 2021, impor minyak nabati India mencapai US$ 18,9 miliar, sehingga membuat defisit neraca perdagangan membengkak.
India juga sangat terpukul ketika Indonesia memutuskan untuk menghentikan ekspor CPO dan produk turunannya pada 28 April – 22 Mei 2022.
Maklum saja, India merupakan importir terbesar CPO dunia. India mengkonsumsi sekitar 24 juta ton minyak nabati setiap tahun, di mana sekitar 10,5 juta ton kebutuhan dipenuhi melalui produksi dalam negeri sedangkan 13,5 juta ton sisanya diimpor.
Dari nilai impor, sekitar 8-8,5 juta ton adalah minyak sawit dan 45% di antaranya berasal dari Indonesia dan sisanya dari negara tetangga Malaysia.
Bahkan, melansir data Reuters, India merupakan importir utama CPO Indonesia, dengan porsi impor mencapai 21,3% dari total impor CPO pada tahun 2016-2020.
The Economic Times menyebut kebijakan larangan ekspor CPO yang dilakukan Indonesia bisa mendongkrak harga kue, mie, sabun hingga shampoo di India hingga 8-10%. Hal tersebut karena CPO menjadi bahan baku dari produk-produk tersebut.
Kini pemerintah India mulai membuka lahan untuk perkebunan kelapa sawit di daerah Telangana, dengan target 2 juta hektar dalam 4 tahun ke depan.
Jika target tersebut tercapai, maka wilayah Telangana diperkirakan akan bisa memproduksi CPO hingga 4 juta ton per tahun dalam 7 sampai 8 tahun ke depan.
“Dalam 4 tahun ke depan, sebagian besar perkebunan sawit akan selesai, dan dalam 7 – 8 tahun Telangana akan mampu memproduksi 4 juta ton minyak sawit,” kata L Venkatram Reddy, Direktur Hortikultura pemerintah negara bagian Telangana, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (3/8/2022).
Sebenarnya, budidaya kelapa sawit bukanlah hal yang baru di Telangana. Sejak 1990-an, para petani sudah mulai membudidayakan CPO. Saat ini ada 23.000 petani di Telangana yang membudidayakan kelapa sawit. Lahan budidaya kelapa sawit di Telangana sudah terisi sekitar 36.421 hektar.
Pada 2021-2022, Telangana sudah berhasil memproduksi 46.171 metrik ton CPO, yang berasal dari wilayah Khammam, Bhadradri Kothagudem, Suryapet, dan Nalgonda.
Maka dari itu, pemerintah India berencana untuk dapat meningkatkan produksi CPO dalam negeri guna menurunkan ketergantungan terhadap impor CPO.
Subsidi Pemerintah dan Perusahaan Sawit di India
Melansir Time News, pemerintah Telangana yang dipimpin oleh Menteri K. Chandrasekhara Rao telah memberikan subsidi senilai 10 miliar rupee kepada petani untuk membudidayakan kelapa sawit.
Semetara, pemerintah pusat juga menggelontorkan dana senilai 110 miliar rupee untuk digunakan sebagai budidaya kelapa sawit di 17 kota lainnya, yang termasuk Kerala, Karnataka, Assam dan Arunachal.
India Mongobay melaporkan petani mendapat subsidi untuk peralatan irigasi tetes, pupuk dan tanaman sela berupa kacang-kacangan selama empat tahun pertama, serta listrik di Telangana gratis. Subsidi tanaman sela diharapkan dapat mengimbangi kerugian akibat perpindahan dari tanaman lain ke tanaman kelapa sawit.
Perusahan minyak sawit juga mengklaim adanya jaminan pembelian kembali buah kelapa sawit, sehingga manfaat tersebut pun telah memikat banyak petani untuk beralih menanam kelapa sawit.
Para petani kelapa sawit di Telangana juga melihat potensi ke depan pada industri kelapa sawit seiring dengan tumbuhnya konsumsi dari dalam negeri. Minyak kelapa sawit merupakan komponen utama yang digunakan sehari-hari di India mulai dari pembuatan sabun, pasta gigi, hingga produk yang dapat dimakan seperti biskuit, minyak goreng, cokelat dan es krim.
Keunggulan Menanam Kelapa Sawit
Analis dan para pejabat pemerintahan di India menilai bahwa budidaya kelapa sawit dinilai mempunyai manfaat yang banyak terhadap perekonomian.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Kelapa Sawit Nasional Granthi Kumar Reddy menilai bahwa budidaya kelapa sawit dapat menghemat penggunaan air hingga 25-30% dibandingkan dengan tanaman padi. Sehingga, pemerintah dapat menghemat subsidi listrik.
Di sisi produksi, analis juga menilai bahwa produksi CPO lebih banyak jika dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.
“Dalam hal produksi, lebih banyak minyak yang diekstraksi dari kelapa sawit dibandingkan tanaman biji minyak lainnya, ada potensi 5.000 kg per hektar,” tutur Analis Narasimha Murthy dikutip Time News.
Simak dampak penurunan impor CPO India terhadap ekspor CPO Tanah Air di halaman selanjutnya>>>