Hery Gunardi Sukses Bawa BSI Terbang Makin Tinggi

redaksiutama.comJakarta, CNBC Indonesia – PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI menjadi perusahaan perbankan syariah terbesar di Indonesia berdasarkan asetnya, setelah dilakukan proses merger dari beberapa bank syariah.

Umumnya, merger bank syariah yang menjadi BSI adalah merupakan anak usaha dari bank-bank besar Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) atau bank BUMN saat itu.

Adapun ketiga bank tersebut yakni PT Bank Mandiri Syariah (BMS), PT Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS), dan PT Bank Rakyat Indonesia Syariah Tbk (BRIS).

Pada 1 Februari 2021, ketiga bank syariah tersebut resmi dimerger. Pascamerger, komposisi saham pun berubah menjadi Bank Mandiri Syariah sebesar 51,2%, BNI Syariah 25%, BRI Syariah 17,4%, DPLK BRI-Saham Syariah 2%, dan masyarakat 4,4%.

Per 31 Oktober 2022, komposisinya yakni Bank Mandiri Syariah mencapai 50,83%, BNI Syariah 24,85%, BRIS Syariah 17,25%, dan masyarakat 7,07%.

Satu setengah tahun pasca merger tiga bank syariah BUMN, Bank Syariah Indonesia tak kunjung berhenti mencatatkan sejarah, salah satunya karena komando yang tepat dari sang CEO, yakni Hery Gunardi.

Hery Gunardi dengan cekatan menahkodai BSI menjadi salah satu bank paling besar yang paling disegani dengan pertumbuhan kinerja impresif, selain juga secara personal mampu menunjukkan performa positif dari sisi kepemimpinan di industri keuangan, dengan keunikan dinamika yang menyertainya.

Tahun lalu, pasca suksesnya gelaran merger, BSI loncat menjadi bank nomor 7 di antara seluruh bank yang ada berdasarkan total aset. Tahun ini, didukung oleh kinerja ciamik, Hery mampu menaikkan posisi BSI menjadi bank terbesar ke-6 di Indonesia dari sisi aset.

Hingga akhir September tahun ini, aset BSI tercatat mencapai Rp 280 triliun, meningkat nyaris 20% kurang dari dua tahun pascamerger. Pada kuartal pertama 2021, pertama kali BSI melaporkan kinerja konsolidasi pasca merger dengan catatan aset Rp 234,43 triliun.

Bahkan, BSI sempat menjadi salah satu saham berkapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun, yakni pada Maret lalu. Meskipun kini kapitalisasi pasarnya di bawah Rp 100 triliun, tetapi masih dianggap sebagai saham dengan kapitalisasi besar yakni sekitar Rp 50 triliun, tepatnya sebesar Rp 53,26 triliun.

Dari sisi permodalan, Bank Syariah Indonesia juga tumbuh semakin besar menjadi senilai Rp 25,61 triliun, teratas di antara bank syariah di Indonesia.

Dengan permodalan dan aset yang kian membesar, perseroan pun sudah siap bersaing di pasar yang lebih luas.

Hingga akhir kuartal ketiga tahun ini, BSI membukukan laba bersih Rp 3,21 triliun, naik 42% banding periode yang sama tahun sebelumnya. Catatan pertumbuhan laba ini juga merupakan yang terbaik di antara bank syariah lainnya di kawasan Asia Tenggara.

Setelah sukses melakukan merger, BSI tidak akan berhenti sampai disitu saja. Ke depannya, BSI diperkirakan dapat tumbuh semakin besar lagi,

Transformasi ini pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja bottomline perusahaan dan memberikan nilai tambah signifikan kepada pemegang saham.

Dengan suksesnya Hery Gunardi membawa BSI masuk ke dalam salah satu 10 besar bank berdasarkan asetnya dan menjadi bank syariah terbesar di Indonesia, Hery Gunardi dianugerahi sebagai “Best CEO in Mergers and Acquisition” di ajang “CNBC Indonesia Awards 2022”.

error: Content is protected !!