Hawa Liburan Kian Terasa, Rupiah Bakal Melemah Lagi?

redaksiutama.comJakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah melemah 0,26% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 15.630/US$ pada perdagangan awal pekan kemarin. Suasana libur Natal dan Tahun Baru membuat perdagangan sepi.

Hal ini terlihat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Nilai transaksi di pasar saham kemarin hanya sebesar Rp 6,4 triliun. Ini menjadi transaksi terendah di sepanjang bulan Desember.

Sepinya perdagangan bisa saja terjadi di pekan ini yang berisiko memicu volatilitas tinggi.

Meski demikian, investor asing sudah mulai masuk kembali ke pasar obligasi sejak November lalu yang membuat nilai tukar rupiah menjadi lebih stabil.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), sejak November hingga 23 Desember ada capital inflow nyaris Rp 50 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Secara teknikal, rupiah masih tertahan di atas Rp 15.450/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.

Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 38,2%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Rupiah yang disimbolkan USD/IDR juga kembali ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) yang tentunya memberikan tekanan lebih besar.

Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak turun setelah mendekati wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support terdekat berada di kisaran Rp 15.610/US$ – Rp 15.600/US$. Jika ditembus, rupiah berpeluang menguat menuju Rp 15.550/US$.

Sebaliknya resisten berada di kisaran Rp 15.640/US$ yang bisa menjadi penahan pelemahan rupiah. Namun jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 15.680/US$ atau lebih tinggi lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

error: Content is protected !!
Exit mobile version