redaksiutama.com – Indeks saham di bursa saham Amerika Serikat jatuh pada pembukaan hari ketiga 2023.
Wall Street jatuh setelah data pekerjaan menunjukkan pasar tenaga kerja masih kuat di tengah kenaikan suku bunga Federal Reserve/The Fed untuk menjinakkan inflasi.
Dow Jones Industrial Average turun 305 poin, atau 1,08% ke 32.908,92.S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing turun 1,16% menjadi 3.807,66 dan ke 1,38% ke 10.314,7.
Laporan penggajian swasta AS menunjukkan bahwa pemberi kerja menambahkan 235.000 pekerjaan pada Desember, jauh di atas perkiraan ekonom.
Upah juga meningkat lebih dari yang diperkirakan, ini menjadi sinyal bahwa pasar tenaga kerja tetap panas.Kemudian, klaim pengangguran mingguan berada di bawah ekspektasi dan menunjukkan penurunan klaim yang berkelanjutan.
“Sementara kita akan mendapatkan gambaran keseluruhan yang lebih baik dari pasar pekerjaan besok, gaji swasta mengalahkan ekspektasi dan klaim pengangguran masuk di bawah indikasi bahwa pasar tenaga kerja tetap tangguh,” kata Mike Lowengart dari Kantor Investasi Global Morgan Stanley.
Ini terjadi setelah perusahaan besar mengumumkan PHK yang cukup besar sehingga tidak ada keraguan tekanan pasar membebani perusahaan, tetapi masih harus dilihat kapan perekrutan akan melambat secara nyata,” tambahnya.
Di sisi lain, Para pejabat Federal Reserve berkomitmen untuk memerangi inflasi dan mengharapkan suku bunga yang lebih tinggi tetap berlaku sampai lebih banyak kemajuan dibuat, menurut risalah yang dirilis Rabu dari pertemuan bulan Desember bank sentral.
“Peserta umumnya mengamati bahwa sikap kebijakan yang membatasi perlu dipertahankan sampai data yang masuk memberikan keyakinan bahwa inflasi berada pada jalur penurunan yang berkelanjutan hingga 2 persen, yang kemungkinan akan memakan waktu lama,” berdasarkan ringkasan pertemuan.
“Mengingat tingkat inflasi yang terus-menerus dan tidak dapat diterima, beberapa peserta berkomentar bahwa pengalaman sejarah memperingatkan terhadap kebijakan moneter yang melonggarkan sebelum waktunya.”
Dengan sikap agresif dari The Fed tersebut maka risiko resesi ekonomi global makin tinggi. Hal ini juga disampaikan oleh Badan Moneter Dunia (IMF).
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan untuk sebagian besar ekonomi global, 2023 akan menjadi tahun yang sulit karena mesin utama pertumbuhan global – Amerika Serikat, Eropa, dan China – semuanya mengalami aktivitas yang melemah.
“Tahun baru akan menjadi lebih sulit daripada tahun yang kita tinggalkan. Mengapa? Karena tiga ekonomi besar – AS, UE, dan China – semuanya melambat secara bersamaan,” tuturnya kepada CBS, dikutip Reuters, Senin (2/1/2023).
TIM RISET CNBC INDONESIA