Filosofi Sai, Bupati Ipuk Ajak Jajaran Kerja Lebih Keras

Merdeka.com – Rangkaian ibadah haji memang tak sekadar prosesi ritual belaka. Namun juga sarat dengan nilai filosofis serta inspirasi. Hal ini setidaknya yang dirasakan oleh Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat menunaikan rukun Islam kelima tersebut.

Dalam rapat terbatas bersama jajarannya melalui aplikasi Zoom Meeting, Senin (11/7), Ipuk menceritakan kesannya saat melaksanakan sa’i. Salah satu rangkaian dalam ibadah haji itu mengharuskan setiap orang untuk berlari-lari kecil di antara bukit Shofa dan Marwah. Ritual ini meneladani perjuangan Siti Hajar mencarikan minum anaknya, Ismail, ketika ditinggal Nabi Ibrahim di tengah padang tandus Mekkah kala itu.

“Ketika mengetahui jika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk meninggalkan Siti Hajar dan anaknya di Mekkah, Siti Hajar menerimanya dengan kepatuhan. Namun, beliau tidak hanya berpangku tangan menunggu takdir Tuhan. Beliau berikhtiar kuat untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul atas konsekuensi kepatuhannya tersebut,” ungkap Ipuk.

Kala itu, Mekkah masihlah tempat yang tak berpenghuni, selain Hajar dan putranya. Sehingga fasilitas penunjang juga nyaris tak ada. Di tengah situasi demikian, Ismail yang masih balita meronta kehausan.

“Saat itu, Hajar menaruh Ismail. Lalu, beliau mencari air. Berlarian dari bukit satu ke bukit yang lain mencari oase. Sumber air. Ini adalah ikhtiar. Beliau menghadapi takdir yang ada dengan segenap usaha dan kerja keras,” lanjut Ipuk.

Sebagaimana diketahui, usaha yang dilakukan Hajar tak membuahkan hasil. Upayanya mencari air di antara Shofa dan Marwah hingga bolak-balik sebanyak tujuh kali itu, tak kunjung menemukan air.

“Namun, Allah sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang patuh dan mau berikhtiar. Allah berikan sumber air dari tempat yang tak terduga, membuka mata air keberkahan yang mengalir hingga saat ini, yaitu sumur zam-zam,” imbuh Ipuk.

Kisah tersebut, lanjut Ipuk, menjadi inspirasi Ipuk. Menurutnya, dalam memimpin Banyuwangi ini, haruslah dilakukan dengan doa dan ikhtiar tiada putus. Mencoba menyusun program kerja secara terukur.

“Saya yakin, jika program kerja yang kita susun dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan diniatkan sebagai ibadah kepada Tuhan serta pengabdian kepada sesama, sesulit apapun upaya kita akan ada tangan Tuhan yang membantu menyempurnakannya. Sebagaimana kisah Hajar dan Ismail tersebut,” tegas Ipuk kepada jajaran OPD.

Oleh karena itu, Ipuk mencanangkan untuk membuat rapor kegiatan yang akan dibuat oleh jajarannya setingkat kepala. Baik Organisasi Perangkat Daerah, Camat, Lurah hingga Kepala Sekolah. Rapor yang seperti halnya dibuat oleh Kemenpan RB untuk mengukur kinerja Kepala Daerah ini, sebagai salah satu motivasi untuk mengontrol seberapa jauh ikhtiar yang dilakukan jajarannya.

“Dengan rapor ini, saya berharap semuanya nanti akan bergerak maksimal untuk menjalankan program dan berikhtiar penuh menyelesaikan seluruh tanggung jawabnya,” pungkas Ipuk.

[hhw]


Artikel ini bersumber dari www.merdeka.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!