Tahun 2018, PT Pegadaian memulai perjalanan transformasinya. Perusahaan gadai yang kini tergabung dalam Holding Ultra Mikro ini membuat roadmap yang terdiri dari Enable (2020-2021), Elevate (2022-2023), hingga Excellence (2024 onward).
Tidak hanya dari sisi korporat, Anung Anindita, Senior Vice President HR PT Pegadaian, mengatakan, perusahaan menjalankan transformasi korporat yang dibarengi juga dengan transformasi di bidang Human Capital (HC).
Pengelolaan dan pengembangan HC memang menjadi bagian dari strategi besar Pegadaian dalam agenda transformasi menyongsong Revolusi 4.0. Grand strategy yang disebut sebagai G-Star+ itu memasukkan Groom Talent sebagai salah satu fokusnya.
“Kami punya target groom para karyawan milenial yang sekarang ada 73%. Memang sejak 3-4 tahun belakangan Pegadaian merekrut banyak milenial. Tentu muncul gap, tapi kami bisa mengatasi dengan program-program groom tersebut,” terangnya di acara Indonesia HR Excellence Conference and Virtual Awarding 2022 yang diselenggarakan SWA dan LM-FEB UI.
Sepanjang menjalankan transformasi itu, tidak lepas dari berbagai tantangan yang dihadapi. Sebetulnya pada tahun 2020, Anung menyatakan, pihaknya telah merumuskan strategi untuk menaikkan Outstanding Loan (OSL), nasabah, dan lain sebagainya. Namun, pandemi menghadang yang membuat pihaknya harus mengubah desain HR untuk menyesuaikan kondisi.
“Akhirnya kami mengubah desain HR, yang awalnya fokus pada HR process, menjadi tiga pilar besar yaitu employee wellbeing, managing productivity, dan managing sustainability,” ujar Anung dalam paparannya di webinar yang bertemakan ‘Reinventing HR Roles & Strategy to Accelerate Business Growth in The Post-Pandemic Times’ itu.
Dia menjelaskan employee wellbeing pada aspek yang pertama adalah tentang meredefinisi organisasi karena pada saat itu perusahaan tidak ingin banyak karyawan yang terpapar Covid-19, menjaga mereka supaya tetap sehat dan bisa bekerja dengan baik.
Kemudian yang dilakukan pada managing productivity, perusahaan mencoba mentransformasi people, seperti membiasakan cara kerja hybrid, mengatur pola kerja yang bisa tidak perlu di kantor tetapi tetap menjaga produktivitas.
Lalu pada managing sustainability, tentang bagaimana mempertahankan bisnis yaitu terkait membangun database yang lebih baik. “Pengambilan keputusan dengan data-driven untuk meningkatkan performa bisnis,” kata Anung.
Adapun inisiatif-inisiatif yang telah dilakukan sebagai praktik dari strategi itu antara lain hybrid work; mempercepat talent development; menjadikan wellbeing sebagai key metric; pengelolaan Gen Z agar mendapat employee experience yang cocok; dan melebarkan data collection.
“Kami memanfaatkan aset fasilitas-fasilitas Pegadaian yang ada di seluruh Indonesia agar mendekatkan karyawan dengan tempat kerja, bisa bekerja di kantor-kantor satelit kami,” jelasnya.
Berkat berbagai upaya HR tersebut, Anung menyatakan, performa perusahaan terlihat semakin membaik. Sebagai contoh, akhir tahun 2021 tercatat OSL sebesar Rp54,1 triliun, Net Profit Rp2,4 triliun, pelanggan aktif 6,6 juta, dan nilai engagement karyawan 4,12. Kemudian hingga Juni 2022 ini, telah tercatat OSL sebesar 52,7 triliun, Net profit 1,7 triliun, dan nilai engagement karyawan 4,28. “Kami akan terus berupaya supaya bisa lebih baik dari tahun 2021,” ujar Anung.
Editor : Eva Martha Rahayu
Swa.co.id
Artikel ini bersumber dari swa.co.id.