Biang Kerok Rupiah Anjlok: Eksportir Bawa Kabur Dolar ke LN!

redaksiutama.com – Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri buka-bukaan penyebab utama anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada tahun lalu, meskipun kinerja ekspor terus tumbuh.

Bahkan, moncernya kinerja ekspor itu membuat neraca perdagangan Indonesia surplus 31 bulan berturut-turut hingga November 2022. Total surplusnya pun sudah mencapai US$ 50,59 miliar untuk kumulatif Januari-November 2022, dan menjadi rekor tertinggi sejak 2006.

“Ini kan kelebihannya bisa kita tabung untuk beli macam-macam, tapi rupiahnya melemah, ini mengapa? Kita lihat struktur ekspornya,” ujar Faisal dalam diskusi Catatan Awal Tahun Indef 2023 secara daring, Kamis (5/1/2023).

Menurut Faisal, penyebab kinerja ekspor yang sudah mencapai Rp 268,2 triliun dan tumbuh 28,2% secara tahunan itu tidak memberikan arti terhadap penguatan rupiah, karena struktur ekspornya didominasi oleh barang-barang komoditas yang dikuasai segelintir perusahaan.

Komoditas ekspor itu diantaranya bahan bakar mineral, khususnya batu bara, yang menyumbang hingga 19,6 persen dari total ekspor non migas Indonesia, lemak dan minyak hewan/nabati 12,9%, serta besi dan baja untuk produk smelter Nikel China, 10%.

Komoditas itu pun telah menghasilkan US$ 98 miliar selama periode Januari-November 2022, namun tidak membuat para pelakunya menyimpan dolar AS hasil ekspornya itu lebih lama di perbankan dalam negeri, melainkan lebih cenderung menempatkannya di luar negeri.

“Kayak batu bara ini 70% dinikmati 11 grup. Lagi-lagi politik, grup-grup besar ini banyak menaruh hasil ekspornya di luar negeri ya rupiah tidak menguat,” kata Faisal Basri.

Permasalahan ini pun sebetulnya juga telah menjadi perhatian Bank Indonesia. BI telah bersiap mengambil langkah untuk menahan devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri lebih lama.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan, DHE sebagian besar sudah berada di dalam negeri tetapi tidak bertahan lama. Untuk itu BI mengeluarkan instrumen baru guna menahan DHE lebih lama.

“Kami akan mengeluarkan instrumen yang baru di mana bank-bank bisa mem-pass on simpanan DHE para eksportir. Jadi eksportir menyimpan dana di bank dan bank bisa meneruskan ke BI dengan mekanisme pasar dan suku bunga atau imbal hasil yang menarik,” ujar Perry.

Perry mengatakan imbal hasil yang didapat akan lebih menarik ketimbang di luar negeri, dan bank yang mem-pass on juga akan mendapat insentif.

Jika kebijakan tersebut sukses, dan eksportir menahan valuta asing lebih lama di dalam negeri, pasokan dolar AS akan bertambah dan rupiah akan lebih stabil bahkan berpeluang menguat.

error: Content is protected !!
Exit mobile version