redaksiutama.com – Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) memperkirakan nilai ekspor produk oleokimiapada 2022 mencapai 5,96 miliar dolar AS atau naik dari 2021, yang sebesar 4,41 miliar dolar AS dan 2020 tercatat 2,03 miliar dolar AS.
Ketua Umum ApolinRapolo Hutabarat di Jakarta, Kamis menyatakan peningkatan nilai ekspor produk oleokimia tersebut seiring kenaikan volume ekspor dalam dua tahun terakhir.
Pada 2019, tambahnya, volume ekspor produk oleokimia sebesar 3,18 juta ton meningkat menjadi 3,87 juta ton pada 2020. Memasuki tahun 2021, volume ekspor naik menjadi 4,19 juta ton dan diperkirakan tahun ini sebesar 4,16 juta ton.
“Perkembangan industri oleokimiaIndonesia merujuk kepada kinerja ekspor produk oleokimiaselama tiga tahun terakhir ini menunjukkan pertumbuhan yang positif,” ujarnya.
Menurut dia, faktor penopangnya adalah semua sektor industri yang menggunakan oleokimia meningkat permintaannya termasuk industri sanitasi, kosmetik, farmasi, pariwisata, konstruksi (baja), dan transportasi (ban).
Rapolo menjelaskan pertumbuhan industri oleokimia tersebut berkat dukungan pemerintah Indonesia melalui kebijakan gas murah sebesar enam dolar AS/MMBTU.
Adapula dukungan dari kebijakan tax holiday dan tax allowance, lanjutnya, namun pelaku usaha berharap adanya dukungan dari sistem logistik nasional karena sampai sekarang ini belum ada kejelasan dari aspek regulasi.
“Pelaku usaha masih menunggu UU Sistem Logistik Nasional yang belum digagas oleh pemerintah maupun legislatif sebagai hak inisiatifnya,” ujarnya.
Secara nasional, menurut dia, kapasitas olah industri oleokimia Indonesia sepanjang 2022 berkisar 60-65 persen dan ini perlu ditingkatkan lagi. Sampai di pengujung tahun ini belum ada rencana peningkatan kapasitas.
Dengan kapasitas saat ini sudah cukup besar untuk memasok produk oleokimia ke berbagai negara tujuan yang digunakan oleh berbagai jenis industri.
Salah satu persoalan dalam peningkatan kapasitas adalah tingginya bunga bank di Indonesia, sehingga sumber pembiayaan untuk investasi baru maupun untuk perluasan industri oleokimia di Indonesia menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan negara produsen lainnya seperti Tiongkok, Malaysia, dan Uni Eropa.
“Untuk menambah ragam produk baru, pemerintah perlu menambah dana riset di perguruan tinggi, BRIN agar riset untuk menghasilkan produk baru dan produk hilir lanjut dapat segera diwujudkan,” katanya.
Proyeksi industri oleokimia di tahun 2023 yang akan datang diprediksi volume ekspornya akan mencapai 4,8 juta-5,1 juta ton dengan estimasi nilai ekspor berkisar 6,2 miliar–6,4 miliar dolar AS. Sedangkan, untuk kebutuhan dalam negeri berkisar 1,8 juta-2,2 juta ton untuk tahun 2023 yang akan datang.
Dikatakannya, pemerintah bersama industri maupun asosiasi oleokimia Indonesia sudah waktunya untuk memetakan kembali arah hilir lanjut dari oleokimia dasar saat ini.
“Pertimbangannya adalah agar nilai tambah dan ragam produk hilir lanjut oleokimia tersebut tetap dipegang oleh industri oleokimia Indonesia,” katanya.