Ancaman Resesi Menguat, “Kebakaran” di Wall Street Berlanjut

redaksiutama.com – Bursa saham Amerika Serikat (AS) masih “kebakaran”. Pada sesi awal perdagangan Selasa (11/10/2022), tiga bursa utama langsung melemah. Ambruknya bursa Wall Street pada hari ini memperpanjang tren negatifnya yang sudah berlangsung sejak Rabu atau empat hari perdagangan terakhir.

Indeks Dow Jones melemah 0,24% atau 70,42 poin di awal perdagangan ke posisi 29. 132,46. Hal serupa terjadi pada indeks S&P 500 yang melandai 26,14 poin atau 0,72% ke 3.586,25 sementara Nasdaq tergelincir 89,39 atau 0,85% ke 10.452,71.

Terpuruknya Wall Street masih dipicu oleh kekhawatiran pelaku pasar mengenai resesi serta ekspektasi kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). Pasar kini berekspektasi jika The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis points (bps) pada November mendatang.

Sebagai catatan, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 300 bps pada tahun ini menjadi 3%-3,25%.

“Ini adalah kondisi yang menyedihkan bagi pasar saham yang mash bergulat dengan pelemahan ekonomi, ketidakpastian laporan keuangan perusahaan dan berapa lama kebijakan ketat The Fed,” tutur chief investment officer The Bahnsen Group David Bahnsen, dikutip dari CNBC International.

Kenaikan suku bunga acuan dikhawatirkan akan membawa ekonomi AS semakin tenggelam. CEO JPMorgan, Jamie Dimon pada Senin (10/10/2022) memperkirakan AS akan jatuh ke jurang resesi dalam 6-9 bulan ke depan atau pada 2023. AS tidak hanya mengalami perlambatan ekonomi ringan tetapi mengarah ke kondisi yang serius.

Nomura juga memperkirakan ekonomi AS akan segera memasuki resesi pada kuartal IV-2022. Resesi diproyeksi akan berlangsung selama lima kuartal. akan berlanjut sepanjang 2023.

Nomura juga memperkirakan The Fed akan mengerek suku bunga secara agresif hingga 5,25-5,5%.

“Sejarah menunjukkan jika The Fed memperketat kebijakan maka mereka akan melakukannya dengan sangat ketat, terlalu berlebihan. Ini membuat ekonomi longsor dan market ambruk. Titik,” tutur Dan Greenhaus, kepala ekonom Solus Alternative Asset Management, dikutip dari CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA

error: Content is protected !!