Ancaman Resesi Global Nyata, Haruskah Pegang Banyak Cash?

redaksiutama.com – Ancaman krisis yang melanda dunia menjadi momok yang menakutkan di industri keuangan. Sehingga, bagi investor uang tunai adalah raja selama resesi atau istilah populernya ‘cash is the king’. Menjaga aset likuid menjadi langkah utama mengamankan posisi.

Sehingga, investor sering menambahkan uang tunai ke strategi portofolionya selama masa ketidakpastian keuangan. Namun, melakukannya secara berlebihan dapat memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan.

Sebagai konsumen dan investor, uang tunai tampak seperti investasi yang aman. Secara nominal, hal itu adalah benar. Memegang uang tunai tidak akan tiba-tiba membuat nilai aset Anda anjlok. Tetapi terlalu mengandalkan uang tunai dapat mengurangi kemampuan Anda untuk memenuhi tujuan jangka panjang Anda.

Untuk memahami lebih lanjut, simak tujuh pro dan kontra memegang uang tunai selama resesi yang dikutip dari Forbes, Selasa (11/10/2022).

1. Likuiditas vs Godaan

Pro: Uang tunai berarti likuiditas.

Salah satu risiko terbesar bagi individu dalam resesi adalah ancaman kehilangan pekerjaan atau tagihan selangit. Dengan uang tunai yang solid di kantong Anda, lebih mudah untuk menavigasi ketidakpastian dengan lebih percaya diri dan mengetahui bahwa Anda siap secara finansial.

Kontra: Uang tunai menyebabkan godaan

Di sisi lain, kelemahan utama dari menyimpan uang tunai godaan untuk membelanjakannya. Ketika resesi datang dan waktu semakin ketat, Anda akan tergoda untuk memanfaatkan saldo kas Anda sekedar untuk merasakan kelegaan.

2. Suku bunga vs Inflasi

Pro: Suku bunga naik

Kita hidup di masa ekonomi yang unik. Pasalnya, ‘hantu’ resesi bisa sering datang dengan inflasi yang lebih rendah atau bahkan deflasi. Di sisi lain, ekonomi negara maju, seperti AS, bergulat dengan rekor inflasi tertinggi empat dekade sebesar 8,5% karena masalah rantai pasokan yang sedang berlangsung saat ini.

Karena inflasi tetap pada rekor tertinggi, Federal Reserve melawan balik dengan menaikkan suku bunga.

Dengan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk tabungan dan rekening Anda pasar uang, ini menjadi kabar baik bagi ‘si rajin menabung’.

Kontra: Inflasi tidak turun

Di sisi lain, dunia masih berjuang dengan inflasi yang tinggi dan inflasi memakan uang tunai Anda. Bahkan jika rekening tabungan Anda bunganya naik 2%, 3%, atau bahkan 4%, tetap saja uang Anda menguap.

Contohnya, warga AS masih kehilangan 8,5% dari daya beli karena inflasi. Jika inflasi di Indonesia di atas 5% tahun ini, maka itu adalah persentase nominal yang akan menggerus simpanan Anda.

Artinya, memegang uang tunai selama resesi sama saja dengan kehilangan daya beli.

3. Minim Risiko vs Batasan Jaminan

Pro: Uang tunai memiliki risiko rendah

Tidak seperti saham, crypto, dan instrumen investasi lainnya, sebagian besar akun berbasis uang tunai menawarkan asuransi untuk melindungi uang tunai Anda. Di Indonesia, tabungan Anda dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Kontra: Batas Jaminan

Semakin lama Anda menimbun uang tunai di rekening bank, semakin besar kemungkinan Anda pada akhirnya akan menabrak batas jaminan simpanan. Jika Anda menyimpan lebih dari batas dan institusi mengalami kerugian, Anda mungkin kehabisan sisa saldo Anda.

Patut diingat, jumlah tabungan ataupun simpanan yang dijamin LPS adalah Rp 2 miliar untuk setiap nasabah pada satu bank, serta memiliki suku bunga tidak melebihi tingkat bunga penjaminan LPS. Artinya, simpanan Anda tetap berisiko.

error: Content is protected !!