Akhirnya! Ada Juga Ramalan Dunia ‘Cerah’, Baca Nih

redaksiutama.comJakarta, CNBC Indonesia – Ramalan-ramalan dunia akan mengalami resesi tahun depan terus bermunculan. Bahkan Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan banyak institusi finansial besar lainnya sudah berulang kali memperingatkan hal tersebut.

IMF mengemukakan bahwa sepertiga ekonomi di dunia telah mengalami resesi atau pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas memperkirakan tiga ekonomi terbesar, Amerika Serikat, China, dan kawasan Euro akan mengalami tekanan.

Secara keseluruhan, lanjutnya, guncangan tahun ini akan membuka kembali luka ekonomi yang baru sembuh sebagian pasca pandemi.”Singkatnya, yang terburuk belum datang dan, bagi banyak orang, 2023 akan terasa seperti resesi,” ujarnya.

Ekonom Nouriel Roubini, atau yang dikenal dengan Dr. Doom, ketika sukses memprediksi krisis finansial 2008, kini memproyeksikan resesi akan menghantam Amerika Serikat di akhir 2022 sebelum menyebar secara global tahun depan.

“Ini tidak akan menjadi resesi yang singkat dan dangkal, ini akan menjadi resesi yang parah, panjang dan buruk,” kata Roubini, sebagaimana dilansir Fortune, Rabu (21/9/2022).

Ia melihat kondisi ekonomi saat ini mirip dengan 2007/2008, dilihat dari tingginya utang negara dan korporasi. Hal ini bisa memicu krisis yang parah.

The Fed yang terus menaikkan suku bunga dikatakan akan menciptakan banyak ‘perusahaan zombie’, perusahaan yang dibentuk saat era suku bunga rendah, tetapi hingga saat ini belum mampu menghasilkan laba untuk membayar utang.

“Banyak institusi zombie, rumah tangga zombie, perusahaan, bank, shadow bank, dan negara zombie akan bangkrut akibat suku bunga yang terus naik,” ujar Roubini.

Dari sekian banyak ramalan gelapnya dunia di 2023, akhirnya ada yang memberikan titik cerah.

Analis dari Moody’s Analytics yang melihat dalam 6 bulan ke depan tekanan inflasi di Amerika Serikat (AS) akan mereda.

“Inflasi berdasarkan indeks harga konsumen (IHK), akan turun dari level saat ini sekitar 8% menjadi 4%,” kata Mark Zandi, kepala ekonom Moody’s Analytics dalam acara “Fast Money” CNBC International, Rabu (12/10/2022).

Inflasi (IHK) Amerika Serikat memang sudah menurun dalam dua bulan beruntun. Pada Agustus tumbuh 8,3% year-on-year (yoy) setelah menyentuh 9,1% (yoy) pada Juni lalu yang merupakan level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Menurut Zandi, yang cukup sulit dilakukan adalah membawa inflasi mencapai target The Fed (bank sentral AS) sebesar 2%.

“Bagian yang sulit adalah membawa inflasi dari 4% turun ke target The Fed. Dan, untuk IHK target akhirnya kemungkin di 2,5%” tambahnya.

Selain itu, Zandi percaya kebijakan yang dilakukan The Fed kali ini membawa perekonomian ke jalur yang tepat. Penurunan inflasi nantinya diperkirakan bisa mencegah terjadinya resesi.

Ia juga memprediksi suku bunga The Fed akan mencapai 4,5% – 4,75% di akhir tahun nanti, dan menahannya di level tersebut.

“Mereka akan mempertahankan suku bunga di level tersebut hingga 2024. Tetapi jika saya salah… dan inflasi masih tetap tinggi, mereka akan kembali menaikkan suku bunga dan kita akan masuk ke resesi,” ujar Zandi.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> The Fed Tetap Agresif, Laju Indeks Dolar AS Tertahan

error: Content is protected !!