Kemenkes Sebut Telah Tutup Pintu Impor Tempat Tidur RS

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemerintah telah menutup keran impor untuk tempat tidur rumah sakit.

Penutupan dilakukan karena Indonesia sudah mampu produksi tempat tidur RS dalam jumlah besar dan kualitas yang bagus, salah satunya yang dilakukan di Politeknik ATMI Surakarta.

”Salah satu alkes yang impornya sudah kita tutup 100 persen adalah tempat tidur RS. Kita sudah mampu memproduksi sendiri dalam jumlah yang besar.”

“Tempat tidur ini kualitasnya juga sudah canggih, ada yang manual dan elektrik juga,” kata Menkes, dalam keterangan resmi, Minggu (21/8/2022).

Dikatakan Menkes, penutupan impor ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menggencarkan Gerakan Bangga Buatan Indonesia.

Baca juga: Menkes Tutup Impor Tempat Tidur RS, Kini Indonesia 100 Persen Memakai Buatan Dalam Negeri

Serta penerapan pilar ketiga transformasi sistem kesehatan, guna meningkatkan penggunaan komponen dalam negeri.

Saat ini, Kemenkes telah memulai gerakan tersebut, dengan melakukan pembelian 300 ribu alat ukur antropometri untuk didistribusikan ke Posyandu di seluruh Indonesia.

”Selanjutnya kita juga akan melakukan pembelian USG karya anak bangsa untuk dikirimkan ke Puskesmas.”

“Saat ini kami sudah mencatat, alat kesehatan apa saja yang bisa diproduksi dalam negeri, selanjutnya masuk ke e-katalog dan kita kunci. Jadi nanti fasyankes di pusat dan daerah harus pakai produk-produk tersebut,” kata Budi menambahkan.

Langkah tersebut diperlukan untuk mendorong kemandirian industri alat kesehatan lainnya, dan mendukung agar alkes produksi UMKM bisa menguasai pangsa pasar dalam negeri.

Baca juga: Menkes Ungkap Alasan Gunakan Alat Kesehatan Produksi Dalam Negeri

Menkes berharap penutupan akses impor dapat mendorong para UMKM untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi alkes dalam negeri.

Sekaligus, meningkatkan kemampuan distribusi yang lebih baik, sehingga nantinya Indonesia bisa lebih mandiri dan tidak lagi bergantung dengan alat kesehatan impor.

”Untuk itu, kami sering melakukan kegiatan pembinaan seperti ini, untuk bertemu secara langsung dengan pelaku usaha.”

“Sehingga apa yang menjadi kendala-kendala mulai dari produksi sampai distribusinya bisa kita bantu cari kan solusinya,” tutup Budi.(*)


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!