redaksiutama.com – Indonesia dimungkinkan tidak akan mengalami resesi pada tahun ini maupun 2023. Meski demikian, bukan berarti Indonesia bisa aman dari sederet tekanan.
Lonjakan inflasi dan derasnya aliran modal keluar (outflow) akan memaksa Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan. Dampak paling dekat yang akan dirasakan masyarakat adalah semakin besarnya cicilan, seperti kredit perumahan rakyat (KPR) dan cicilan pinjaman.
Perencana Keuangan, Ruisa Khoiriyah, Selasa (18/10/2022) berbincang dengan CNBC Indonesia mengenai tips mempersiapkan keuangan untuk menghadapi kenaikan cicilan di tengah ancaman resesi.
Menurut Ruisa, di situasi ini, masyarakat harus lebih waspada dan berpikir jangka panjang dalam mengambil keputusan terutama soal keuangan. Langkah pertama yang dilakukan adalah fokus untuk mengamankan pemasukan terlebih dulu sehingga bisa berstrategi untuk mengelolanya dengan hati-hati.
“Kita fokus ke pemasukan dulu, jangan sampai ada defisit,” terangnya.
Selanjutnya langkah kedua adalah melakukan evaluasi pos pengeluaran. Dengan asumsi pemasukan tetap, tentunya kenaikan cicilan akan memakan pos pengeluaran yang lain. Oleh karena itu, Ruisa menyarankan untuk melihat lagi pos-pos pengeluaran yang bisa dihemat, salah satunya pos gaya hidup.
“Misalnya, dengan berhenti langganan dulu supaya alokasi uang yang habis di pengeluaran gaya hidup entertain bisa nambah untuk bayar cicilan,” terangnya.
Pos lain yang dapat dipangkas adalah pengeluaran transportasi. “Kalau pengeluaran transportasinya membengkak, bisa beralih ke transportasi publik, memang harus lebih berkeringat dan berangkat lebih pagi, tapi supaya tetap bisa bayar cicilan mau nggak mau harus ditempuh,” katanya.
Ruisa punya konsep sendiri dalam berhemat. Menurutnya, dalam berhemat kita tidak boleh hanya melihat nominal sebagai patokannya tetapi juga perlu mempertimbangkan dampak kerugian lain dari keputusan tersebut.
“Kadang-kadang kita nggak bisa hanya lihat nominal aja, berhemat juga perlu mengukur tentang kerugian lain yang dikeluarkan, misalnya waktu dan kerugian lainnya yang akan beresiko mengeluarkan uang lebih banyak karena keputusan tersebut,” jelasnya.
Kemudian, langkah ketiga adalah dengan memperketat dana darurat. Menurutnya, kenaikan cicilan dapat ditambal dengan dana darurat yang dimiliki. Oleh karena itu, dia menyarankan untuk melebihi alokasi dana darurat dari standar yang biasa disarankan.
“Jangan berhenti di angka yang konvensional, kayak single 3 kali dari pengeluaran bulanan, kalau sudah tercapai ditambah sedikit lagi,” katanya.
Ruisa menambahkan, jika alokasi tambahan dana darurat belum mencukupi dari pemasukan yang ada sekarang, selain harus lebih cermat mengelola anggaran dengan memangkas pengeluaran yang tidak penting, kita harus punya pendapatan tambahan.
“Ya mau nggak mau cari pendapatan tambahan, harus bekerja lebih keras untuk menambah pendapatan. Kalau sampai defisit nanti orang jadi gampang nabrak hutang, bunganya nanti tinggi,” jelasnya.