Budi Muliawan: Potensi Besar Generasi Z Harus Dimanfaatkan Untuk Pembangunan Dan Kemajuan Bangsa

TRIBUNNEWS.COM – Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Biro Humas Setjen MPR Budi Muliawan, SH, MH mengajak kepada semua untuk merevitalisasi semangat Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. “Revitalisasi semangat kemerdekaan menemukan moment yang tepat di mana bangsa Indonesia sebentar lagi akan memperingati HUT Indonesia Merdeka ke-77 tahun,” ujarnya saat menjadi narasumber Sarasehan Kehumasan MPR, Menyapa Sahabat Kebangsaan, 22 Juli 2022, Convention Hall, Kompleks Kampus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka), Yogyakarta.

Hadir dalam sarasehan yang bertema Peran Mahasiswa Dalam Mengisi Kemerdekaan itu, Plt. Deputi Administrasi Setjen MPR Siti Fauziah, SE, MM; Kepala Biro Administrasi Umum dan Kepegawaian UIN Suka DR. H. Abd. Syakur, M.Si; Dosen FISHUM UIN Suka Dr. Bono Setyo, M.Si; dan sekitar 100 mahasiswa yang datang dari berbagai fakultas dan jurusan.

Dikatakan oleh Budi Muliawan, peran generasi muda dalam kemerdekaan 17 Agustus 1945 sangat berarti dan penting. Para generasi muda mendorong kemerdekaan segera dilakukan agar bangsa ini segera lepas dari segala bentuk penjajahan bangsa asing. “Semangat seperti inilah yang perlu direfleksikan oleh mahasiswa sebagai semangat untuk segera membangun dan memajukan bangsa,” ujarnya.

Menurut alumni Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, itu peran generasi muda selalu mengukir sejarah perjalanan bangsa. Gerakan generasi muda, mahasiswa atau yang disebut juga sebagai kaum terpelajar mulai tumbuh pada tahun 20 Mei 1908 di mana pada waktu itu lahir organisasi pemuda yang bernama Budi Utomo. “Organisasi ini lahir dari kepedulian mahasiswa STOVIA untuk bangkit sebagai bangsa yang punyai harkat, martabat, dan harga diri,” tuturnya. Dari peristiwa inilah selanjutnya diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Kebangkitan Nasional merupakan titik balik perjuangan bangsa Indonesia yang awalnya berjuang dengan mengandalkan perlawanan fisik, beralih lewat pergerakan organisasi.

Gerakan 20 Mei 1908 berkembang dan berlanjut semakin mengerucut pada 28 Oktober 1928 dengan diselenggarakannya Kongres II Pemuda. Dari kongres inilah muncul kesepakatan satu bangsa, nusa, dan bahasa Indonesia. “Hal demikian diikrarkan oleh berbagai organisasi pemuda yang memiliki latar suku, agama, dan bahasa,” ungkapnya.

Meski bangsa Indonesia sudah merdeka, dikatakan oleh Budi Muliawan, generasi muda, mahasiswa, tetap kritis dan cerdas dalam menyikapi berbagai persoalan bangsa. Hal demikian ditunjukan dalam ikut mengubah sejarah perjalanan bangsa pada tahun 1966 dan 1998. “Dari sinilah mahasiswa berperan tidak hanya meletakan pondasi persatuan bangsa namun juga ikut berperan penting dalam perjalanan bangsa selain banyak peran lain yang dilakukan di tengah masyarakat,” paparnya.

Tantangan generasi muda, mahasiswa, dari waktu ke waktu terus berkembang dan tidak sama dengan masa-masa sebelumnya. Era kemajuan teknologi berbasis digital yang berkembang  sangat cepat telah mewarnai dan mempengaruhi segala sendi kehidupan bangsa Indonesia.  Kecanggihan teknologi membuat jarak dan waktu seperti tak ada sekat lagi. Semuanya serba cepat, mudah dan efisien. “Kemajuan teknologi seperti yang saat ini kita alami menjadi tantangan bersama,” ujarnya.

Berdasarkan data sensus penduduk  yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), dari survey sepanjang Februari-September 2020, didapati jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 persen dari total populasi berjumlah 270,2 juta jiwa. Sementara, generasi milenial mencapai 69,90 juta jiwa atau 25,87 persen.

Dari klasifikasi yang ada, mereka yang lahir di rentang tahun 1997 hingga 2012 disebut sebagai Generasi Z. Budi Muliawan menyebut Generasi Z merupakan generasi yang sangat beruntung. Alasannya sejak mereka lahir hingga mencapai usia matang, sudah melek teknologi karena sudah berada dalam era di mana teknologi digital tumbuh dan berkembang. “Sebagian besar penduduk Indonesia adalah Generasi Z,” ungkapnya. Generasi Z sebagai potensi sebesar akan mempunyai nilai lebih bila saling bersinergi antar sesama maupun bersinergi dengan elemen bangsa lainnya.

Sebagai generasi yang sudah melek teknologi, Generasi Z dalam keseharian sangat aktif berselancar di berbagai platform media sosial. Mereka memiliki lebih dari satu akun di medsos. “Potensi ini harus betul-betul disadari para mahasiswa dan pemuda,” ujar Budi Muliawan. Sebagai generasi yang menguasai teknologi informasi, Generasi Z sangat mudah mengakses berbagai informasi. “Kita harap akses yang dilakukan bisa menambah wawasan, daya kreatif, imajinasi serta inovasi,” tuturnya.

Apa yang dialami oleh Generasi Z menurut Budi Muliawan tidak dirasakan oleh generasi Baby Bommers. Generasi ini adalah orang yang lahir di tahun antara 1946-1964. Meski akses informasi yang diterima Generasi Baby Bommers sangat terbatas, sebagian besar berasal dari media cetak seperti koran, namun generasi ini mampu melahirkan banyak orang hebat seperti pendiri Apple Inc. Steve Jobs dan pendiri Microsoft Bill Gates.

Untuk itu dengan kelebihan teknologi, Generasi Z semestinya bisa melahirkan lebih banyak orang hebat dibanding generasi Baby Bommers. “Saya mengajak Generasi Z untuk mengisi kemerdekaan dengan cara kalian sendiri,” ujarnya. “Silahkan kalian bebas, asal tetap lakukan hal yang positif serta tetap bersandar kepada nilai-nilai luhur bangsa dan tidak pernah berhenti belajar,” tambahnya.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!