VIVA Tekno – Proses terjadinya hujan ada tiga tahap yang dimulai dari proses penguapan (evaporasi), proses pengembunan (kondensasi) dan mencair (presipitasi). Biasanya proses terjadinya hujan ini dipelajari sebagai mata pelajaran di bangku sekolah.
Hujan sendiri merupakan bentuk endapan atau presipitasi dari cairan atau zat padat yang berasal dari berasal dari kondensasi yang jatuh dari awan menuju permukaan bumi, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Dalam hidup, pada dasarnya semua makhluk hidup pasti membutuhkan air yang salah satu sumbernya datang dari hujan. Jika sumber air yang lainnya seperti danau, sungai, atau sumur tidak bisa diakses, maka hujan menjadi suatu sumber air yang penting. Hujan juga diketahui memiliki manfaat seperti mengairi lahan pertanian, pembangkit listrik dan kepentingan industri.
Sebagian besar wilayah di dunia sumber air utamanya berasal dari hujan karena dapat membantu berbagai ekosistem. Proses terbentuknya air disebut sebagai fenomena hujan.
Jadi, saat jatuhnya air ke permukaan bumi itu lah yang disebut sebagai hujan. Perlu diketahui bahwa tidak semua air yang jatuh dapat mencapai Bumi.
Air-air yang jatuh tidak mencapai bumi tersebut menguap dan biasanya terjadi di daerah yang suhunya panas seperti di gurun pasir. Lantas, bagaimana proses terjadinya hujan? Simak penjelasannya berikut ini:
Proses Terjadinya Hujan
1. Evaporasi
Proses terjadinya hujan yang pertama adalah tahap evaporasi atau proses penguapan air. Sumber air dari sungai, laut dan danau biasanya akan menguap menjadi butiran uap air karena suhu bumi yang panas dari matahari.
Air yang menguap tersebut akan naik ke atas atmosfer dan menggumpal yang disebut sebagai awan. Banyaknya uap air yang menguap tergantung pada suhu panas udara. Semakin panas suhunya, maka akan semakin banyak pula air yang menguap ke udara. Hal itu juga yang menjadi penyebab terjadinya hujan semakin deras.
Proses penguapan air di suatu tempat yang suhunya sangat panas dan terik akibat sinar matahari akan menjadi lebih cepat.
2. Kondensasi
Tahap selanjutnya dari proses terjadinya hujan disebut sebagai kondensasi atau pengembunan. Uap air yang telah mengalami proses evaporasi dan naik ke atmosfer akan mengembun dan ar akan berubah menjadi partikel-partikel es yang sangat kecil.
Partikel es dari uap air tersebut akan membentuk gumpalan putih yang bisa disebut sebagai awan setelah saling mendekat satu sama lain. Proses partikel-partikel es yang saling mendekat itu kemudian disebut sebagai koalesensi. Pada tahap tersebut, partikel es berukuran jari-jari sekitar 5-20 mm dan akan jatuh ke bumi dengan kecepatan 0,01 – 5 cm/s. Sementara, partikel itu tidak akan jatuh ke bumi apabila kecepatan aliran udaranya lebih tinggi..
Perbedaan suhu dan ketinggian awan di udara mempengaruhi uap air menjadi es. Suhu akan semakin dingin apabila awan terbentuk semakin tinggi pula. Uap air akan naik ke atas pada proses kondensasi karena terkena panas matahari. Setelah cukup tinggin uap air naik, maka akan terjadi pengembunan yang nantinya berubah menjadi tetesan air.
Namun, perlu dicatat bahwa air yang mengembun tidak semuanya akan membentuk awan. Hal itu dikarenakan sebagian air mengembun di dekat tanah, sebagian lagi naik menjadi kabut dan akan naik ke langit membentuk awan.
3. Presipitasi
Proses terjadinya hujan yang ketiga adalah presipitasi yakni proses mencairnya butiran-butiran es di awan yang kemudian jatuh menjadi titik-titik hujan ke permukaan bumi. Awan yang sebelumnya telah terbentuk bisa tertiup angin dan terbawa sehingga turun hujan di tempat lain dari proses sebelumnya. Jatuhnya titik-titik hujan ke daratan karena awan berisi uap air sudah terlalu padat dan beban airnya tidak bisa lagi ditahan.
Posisi hujan yang sangat tinggi, tempat awan berada udaranya sangat dingin, maka hujan akan jatuh menjadi salju atau es. Semakin turun dengan daratan, es tersebut akan mencair dan menjadi air hujan. Suhu akan semakin dingin saat semakin mendekat dengan daratan, kemudian mencairkan titik-titik es.
Jenis-jenis Hujan
1. Hujan Konvektif
Jenis hujan yang pertama ada hujan konvektif, proses hujan yang terjadi karena perbedaan panas pada lapisan udara dan permukaan tanah.udara panas akan menjadi dingin saat naik semakin tinggi ke atmosfer hingga akhirnya uap air yang telah mengembun membentuk awan cumulonimbus dan turun menjadi hujan.
2. Hujan Orografis atau Relief
Selanjutnya ada hujan orografis yang umumnya terjadi di daerah perbukitan atau pegunungan karena angin yang datang mendorong udara yang mengarah pada bukit atau pegunungan atau juga hutan hujan tropis.
Setelah itu, udara mulai menjadi lebih dingin saat mencapai bukit. Perlahan-lahan juga akan mengembun menjadi aan dan jatuh menjadi tetesan air hujan ke permukaan bumi saat mencapai kelembaban.
3. Hujan Frontal
Jenis ketiga ada hujan frontal yang terjadi karena pertemuan antara udara dingin dan hangat. Hujan frontal juga terjadi saat udara panas naik menuju atmosfer dan menabrak udara dingin di atas.
Udara yang mulai dingin kemudian akan membentuk awan stratus dan turun ke sebagai hujan ke permukaan bumi. Hujan frontal bisa juga disertai dengan kilat dan badai petir dan bisa terjadi hingga berjam-jam.
4. Hujan Muson
Jenis terakhir ada yang namanya hujan muson yang terjadi karena angin muson atau dikenal juga sebagai angin yang menyebabkan musim hujan dan kemarau. Seiring dengan perubahan musim, angin muson ini berhembus dari Benua Asia ke Benua Australia. Akan ada banyak uap air saat angin ini melewati berbagai samudera dan menyebabkan hujan. Biasanya hujan muson ini kerap turun di wilayah Asia Tenggara, India dan beberapa kawasan lainnya.
Itulah penjelasan mengenai proses terjadinya hujan dan apa saja jenis-jenis hujan yang perlu diketahui. Kamu bisa mempelajarinya sebagai sebuah pengetahuan umum. Semoga tulisan mengenai proses terjadinya hujan ini bisa bermanfaat bagi kamu yang membacanya.
Artikel ini bersumber dari www.viva.co.id.