redaksiutama.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan soal varian XBB 1.5. Varian tersebut disebut paling menular, namun tidak membuat sakit parah.
Varian XBB 1.5 saat ini tengah mendominasi Amerika Serikat (AS). Jumlah kasus varian tersebut telah berlipat ganda selama dua minggu di AS.
“Ini adalah subvarian yang paling menular yang telah terdeteksi,” kata pimpinan teknis Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove, dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (1/5/2023).
“Alasan untuk ini adalah mutasi yang ada di dalam subvarian omicron yang memungkinkan virus ini menempel pada sel dan bereplikasi dengan mudah”.
Dia menjelaskan WHO belum memiliki data mengenai tingkat keparahan XBB 1.5. Namun tidak ada indikasi varian akan membuat orang yang terinfeksi menjadi parah dari omicron sebelumnya.
Van Kerkhove menambahkan gelombang Covid-19 kemungkinan masih ada. Namun untuk kenaikan kasus kematian tidak ada.
“Kami memperkirakan gelombang infeksi lebih lanjut di seluruh dunia, namun itu tidak harus diterjemahkan menjadi gelombang lebih lanjut karena tindakan pencegahan kami terus berhasil,” jelasnya.
Selain lebih menular, para ilmuwan juga mengatakan XBB 1.5 bisa menghindari antibodi baik dari vaksin dan infeksi. Ini dibandingkan dengan varian lainnya yakni XBB dan XBB 1, yang merupakan dua varian bisa menghindari antibodi.
Namun mereka menambahkan varian XBB 1.5 punya mutasi sehingga virus mengikat lebih erat ke sel. Fakta ini membuat XBB 1.5 paling unggul dalam laju penularan.
Di saat XBB.1.5 menyebar dengan cepat di Amerika, China sedang bertarung dengan lonjakan kasus Covid yang membuat pasien di rumah sakit melebihi kapasitas. Di China, subvarian virus yang menyebar cepat adalah BF.7.
Namun, data tentang virus dari China masih sangat sedikit.
“Kami terus meminta agar China memberikan data yang bisa diandalkan dengan rutin tentang tingkat perawatan di rumah sakit dan kematian, serta data sequencing virus yang komprehensif,” kata Dirjen WHO Adhanom Ghebreyesus.