Seperti yang ditetapkan dalam Kebijakan Luar Negeri Inggris (Integrated Review) yang diterbitkan pada Maret 2021, Inggris melihat potensi besar di Asia Tenggara dan ingin membantu mewujudkan potensi itu. Inggris memberikan perhatian lebih ke kawasan ini, menginvestasikan lebih banyak sumber daya dalam membangun hubungan dengan negara-negara seperti Indonesia.
Pendanaan Inggris- ASEAN Catalytic Green Finance Facility (ACGF) ini akan memanfaatkan dana-dana dari Inggris dan Bank Pembangunan Asia (ADB) untuk mempercepat jalur proyek infrastruktur rendah karbon dan tahan iklim serta mengkatalisasi pembiayaan dari sumber modal publik dan swasta. Dana tersebut akan menjadi bagian dari ASEAN Green Recovery Platform yang diluncurkan pada COP26.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Kita sedang menghadapi krisis iklim dan Asia Tenggara membutuhkan solusi cepat dan inovatif untuk membantu negara-negara meningkatkan pendanaan guna memenuhi target dan ambisi iklim mereka,” ujar Presiden ADB Masatsugu Asakawa, dalam keterangan resminya, Jumat, 15 Juli 2022.
“Dana baru ini akan dibangun di atas kemitraan Inggris-ADB yang sudah berlangsung lama melalui struktur dana bergulir inovatif yang akan memobilisasi dana publik dan swasta dan membangun jalur proyek iklim yang kokoh di kawasan ini,” ujarnya.
Negara-negara ASEAN mengalami kesulitan dengan meningkatnya biaya perubahan iklim, sehingga menambah kebutuhan investasi yang ada sebesar USD210 miliar per tahun untuk infrastruktur di kawasan ASEAN dan memperburuk kerentanan masyarakat dan ekonomi yang semakin buruk setelah pandemi covid-19.
“Sebagai mitra terpercaya untuk ASEAN, pembiayaan Inggris yang disalurkan melalui ADB ini sangat penting untuk membantu memberikan investasi baru yang ramah lingkungan, transparan dan andal -menciptakan lapangan kerja dan menempatkan keahlian Inggris di pusat penanganan perubahan iklim,” ujar Menteri Negara Inggris untuk Kawasan Asia Amanda Milling.
“Ini adalah langkah lain dalam mewujudkan komitmen Inggris yang dibuat pada COP26 di Glasgow tahun lalu”.
Dana tersebut akan memanfaatkan sumber daya keuangan untuk ACGF, kendaraan pembiayaan ramah lingkungan regional yang dikelola ADB, yang dimiliki oleh negara-negara ASEAN dan ADB. Sejak diluncurkan pada 2019, ACGF telah memperoleh USD2 miliar dalam perjanjian pembiayaan bersama dan memasukkan lima proyek dalam jalur pembiayaan formalnya.
Hal ini telah membantu pengembangan jalur yang lebih panjang dari 29 proyek infrastruktur ramah lingkungan dan memberikan dukungan konsultasi yang memungkinkan negara-negara untuk memanfaatkan pasar modal melalui penerbitan obligasi hijau lebih dari USD5,6 miliar. Dana Perwalian Inggris-ACGF akan membangun upaya ini dan mendukung negara-negara melalui pinjaman dan bantuan teknis untuk memobilisasi modal, termasuk melalui inisiatif regional seperti Blue SEA Finance Hub, yang berbasis di Indonesia.
ADB mendanai pembiayaan iklim
ADB baru-baru ini meningkatkan ambisinya untuk mendanai pembiayaan iklim sejumlah USD100 miliar kepada anggotanya yang merupakan negara-negara berkembang dari 2019-2030. ADB berkomitmen untuk memastikan setidaknya 75 persen dari jumlah total operasinya akan mendukung mitigasi dan adaptasi perubahan iklim padatahun 2030. Inggris adalah anggota pendiri ADB.
“Dana ini akan menciptakan lapangan kerja, mendapatkan lebih banyak investasi mengalir, mengurangi emisi sambil membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk membatasi pemanasan global dan meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim. Sebagai teman dekat dan Mitra Dialog untuk ASEAN, Inggris ingin mendorong pembangunan dan kemakmuran kawasan. Kontribusi ini menunjukkan kedalaman hubungan Inggris dengan ASEAN,” jelas Kuasa Usaha Inggris untuk ASEAN SarahBennett.
Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Rob Fenn mengatakan pendanaan ini merupakan demonstrasi terbaru dari komitmen Inggris untuk menanggapi seruan Indonesia dan ASEAN untuk memberikan dukungankeuangan yang diperlukan untuk mengatasi krisis iklim.
“Inggris akan terus bekerja sama erat dengan Indonesia dalam infrastruktur dan pembangunan rendah karbon dan dana seperti fasilitas ASEAN Catalytic Green Finance memberikan peluang lebih lanjut untuk meningkatkan investasi yang diperlukan guna mencapai transisi rendah karbon dan memberi manfaat bagi jutaan orang di seluruh ASEAN,” pungkasnya.
(AHL)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.