redaksiutama.com – Sejumlah harga barang dan jasa akan naik tahun depan. Beberapa di antaranya seperti harga rokok, tarif tol, hingga bunga KPR.
Agar kantong tidak kempis, perlu membuat prioritas dalam pengeluaran. Artinya, utamakan terlebih dahulu membayar kewajiban yang dimiliki.
“Prioritas pertama kita mengeluarkan uang untuk membayar hal-hal yang bersifat kewajiban contohnya, cicilan utang, bayar air, beli token listrik, bayar sekolah anak. Kalau kewajiban lain cicilan utang misalnya mungkin KPR, kredit kendaraan bermotor,” ucap Andi kepada, Rabu (28/12/2022).
Selain itu, Andi juga menyarankan untuk mengendalikan gaya hidup dan konsumsi kita. Maksudnya, kurangi belanja-belanja atau konsumsi yang bersifat impulsif.
“Kedua kurangi gaya hidup. Kita mesti mengurangi pengeluaran-pengeluaran yang mungkin tidak urgent buat kita. Contoh, ganti gadget, makan di luar, jajan-jajan kekinian, itu dikurangi. Jadi prioritasnya di situ,” tuturnya.
Terkait dengan meningkatnya bunga KPR akibat dari meningkatnya suku bunga acuan Bank Indonesia, menurut Andy ada beberapa pertimbangan sebelum mengambil cicilan KPR tahun depan.
“Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan. Misalnya, pun ternyata cicilannya naik ya kita harus berhitung dulu. Kan kita di awal bisa minta simulasi dulu kepada pihak developernya. Bahkan dengan suku bunga yang sudah naik itu sebenarnya kita mampu tidak, pertama bayar DP yang kedua bayar cicilan. Jadi kita pertimbangkan di situ dulu,” ujarnya.
“Jadi walaupun ternyata cicilannya naik tapi kemudian secara finansial kita merasa dengan penghasilan kita mampu, kenapa enggak (ambil KPR)?,” tutupnya.
Dihubungi secara terpisah, Perencana Keuangan Safir Senduk memberikan beberapa antisipasi yang dapat dilakukan dengan sejumlah kenaikan harga pada tahun depan.
Pertama, tanamkan mindset bahwa kenaikan harga tiap tahun itu pasti akan terjadi. Kedua, pastikan penghasilan dari pekerjaan minimal menyesuaikan dengan kenaikan harga.
“Kalau kita misalnya karyawan, lihat lagi di profesi di perusahaan kita minimal naik nggak (penghasilan) tiap tahun sesuai dengan kenaikan harga,” katanya saat dihubungi.
“Kalau kita Freelancer lihat lagi, kenaikan penghasilan kita setiap tahun bisa nyesuain inflasi atau tidak, kalau tidak mungkin bisa tambah klien dan lain sebagainya. Kalau kita punya usaha, lihat lagi perlukah kita tambah omzet untuk naikin penghasilan supaya minimal sesuai inflasi,” lanjutnya.
Ketiga, pastikan investasi kita memberikan hasil paling tidak melebihi inflasi. “Jadi misal kita taruh di deposito, bunga 4%, 3% ya nggak masuk lah. Dia harus ke tempat lain yang lebih tinggi,” tuturnya.
Keempat, pertimbangkan punya penghasilan lain. Jika kita sebagai karyawan bisa coba untuk punya pekerjaan sampingan seperti jualan online.
Terkait dengan meningkatnya bunga KPR akibat dari meningkatnya suku bunga acuan Bank Indonesia, Safir sependapat dengan Andy. Menurutnya, sebelum mengambil KPR bisa dilihat dulu ke pendapatannya apakah memungkinkan atau tidak.
“Sesuaikan lagi dengan 30% income kita kalau masih dalam 30% it’s okay, nggak papa,” tutupnya.