redaksiutama.com – Jatuhnya saham-saham big caps menyusul pelemahan indeks sektoral serta kurang bergairahnya mayoritas bursa acuan Asia menjadi penyebab merosotnya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini (28/12/22) yang ditutup turun tajam.
Diakhir perdagangan Rabu ini, IHSG ditutup turun drastis hingga 1,05% ke level 6850,52. Bahkan IHSG sempat menyentuh titik terendah di level 6.828,14 di periode akhir perdagangan.
Adapun untuk volume perdagangan, terdapat sekitar 20 miliar saham dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 730 ribu kali serta nilai perdagangan hampir 9 triliun rupiah.
Pelemahan mayoritas indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia memberikan efek negatif terhadap gerak IHSG. Berdasarkan data statistik yang dihimpun dari refinitiv, setidaknya terdapat 8 indeks sektoral yang melemah. Sektor energi, menjadi sektor paling mengecewakan yang drop 4,16%. Menyusul sektor energi, sektor consumer non-cyclical dan consumer cyclical merosot masing-masing 1,18% dan 1,28%.
Sementara itu, sektor teknologi, dan kesehatan juga turun yakni secara berurut 0,77% dan 0,42%. Adapun dua sektor terakhir yang melemah yaitu sektor barang pokok dan finansial yang turun 0,31 dan 0,20 persen.
Perdagangan mencatatkan setidaknya sebanyak 364 saham mengalami koreksi, 162 saham naik sementara 181 lainnya tidak berubah alias stagnan.
Jebolnya IHSG tak luput dari bertumbangannya saham-saham big caps.
Lagi-lagi saham milik Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi pemberat utama IHSG pada perdagangan kali ini dengan penurunan hampir 7% menjadi Rp.21.775/unit. Disusul PT Elang Mahkota Teknologi dengan penurunan yang cukup dalam yakni 4,78%. Berikutnya ada saham dengan kode HMSP dan TLKM yang masing-masing turun sebesar 2,23% dan 2,10%.
Laju IHSG mengekor pergerakan bursa acuan Asia yang mayoritas melemah. Strait Times Index, saham acuan Singpura melandai 0,26% mengikuti pelemahan saham Amerika Serikat (AS).
Shanghai Composite turun 0,26% menjadi ditutup pada 3.087 sementara Komponen Shenzhen turun 0,86% menjadi 11.011 pada hari Rabu, menghentikan kenaikan dua hari sebelumnya dan mengikuti saham AS lebih rendah, karena imbal hasil Treasury melonjak di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa pembukaan kembali China akan menambah tekanan inflasi ke pasar ekonomi global.
Sementara Indeks Nikkei 225 turun 0,41% menjadi ditutup pada 26.340 sementara Indeks Topix yang lebih luas turun 0,06% menjadi 1.909. Investor juga mencerna data yang menunjukkan produksi industri di Jepang turun 0,1% bulan ke bulan di bulan November, turun untuk bulan ketiga berturut-turut karena lemahnya permintaan untuk produk mesin di tengah melemahnya prospek ekonomi global.
Dengan demikian, memburuknya kinerja mayoritas indeks sektoral di BEI, terjadinya kemunduran saham-saham big caps serta pengaruh melemahnya mayoritas saham acuan Asia mengikuti pelemahan saham AS membuat pergerakan IHSG pada perdagangan hari ini terkoreksi tajam dan bahkan tak mampu kembali ke teritori positif.