redaksiutama.com – Presiden Rusia Vladimir Putin telah melarang ekspor minyak ke negara G7 serta Australia dan Uni Eropa. Keputusan itu merupakan balas dendam buntut dari kebijakan yang dikeluarkan negara G7 termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang hingga Australia.
Pangkal persoalannnya adalah batasan harga impor minyak yang ditetapkan oleh negara-negara tersebut sebesar US$ 60 per barel. Kebijakan itu berlaku mulai 5 Desember 2022. Putin pun geram, dan akhirnya melarang ekspor minyak ke negara G7.
Adapun alasan negara G7 membuat batasan harga tersebut untuk merusak ekonomi Rusia. Tentu pada akhirnya demi mencegah pendapatan dari minyak dimanfaatkan Rusia untuk terus menyerang Ukraina.
Meski begitu, mengutip dari CNBC, Rabu (28/12/2022) Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov, mengatakan pelarangan ekspor minyak yang diteken Putin akan membuat ekonomi Rusia terjepit. Dampak besarnya kepada pendapatan Rusia yang terancam mengalami defisit yang lebih dalam lagi.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander mengatakan pendapatan negara akan jauh lebih dalam dibandingkan prediksi sebelumnya defisit 2% di 2023. Produksi minyak juga disebut akan mengalami penurunan 5% hingga 7%.
“Pembatasan harga ekspor minyak mentah dan olahan Rusia dapat memaksa Kremlin untuk memangkas produksi antara 5% dan 7% tahun depan,” tuturnya.
Para ekonomi juga memprediksi hal yang sama, bahwa ekonomi Rusia akan mengalami penurunan akibat pelarangan ekspor minyak ke negara G7.
“Masih terlalu dini untuk sepenuhnya menilai dampak dari pembatasan harga minyak G7 dan larangan UE terhadap impor minyak mentah Rusia yang mulai berlaku pada 5 Desember, tetapi tanda-tanda awal menunjukkan bahwa ekonomi Rusia mulai merasakan tekanan,” kata Nicholas Farr. , ekonom Eropa baru di Capital Economics.
Patokan internasional minyak mentah Brent turun dari puncak sekitar US$ 98 per barel pada bulan Oktober menjadi sekitar US$ 77 awal bulan ini, pulih menjadi sekitar US$ 84,50/bbl pada Selasa pagi di Eropa.
Sebagai informasi, Rusia baru saja mengeluarkan pelarangan bagi perusahaan minyaknya untuk ekspor pasokan minyak ke negara-negara G7 serta Australia dan Uni Eropa. Larangan ini tertuang dalam Keputusan Presiden Rusia.
Mengutip dari BBC, Rabu (28/12/2022) dalam keputusan tersebut Putin mengatakan larangan itu akan berlaku selama lima bulan dari 1 Februari hingga 1 Juli 2023.
Anggota negara G7 sendiri terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan Amerika Serikat (AS).